Tragedi di Balik Kaleng Sarden: Buruh Perempuan Banyuwangi Kehilangan Jari karena Minim APD dan Jam Kerja Ekstrem

Tragedi di Balik Kaleng Sarden: Buruh Perempuan Banyuwangi Kehilangan Jari karena Minim APD dan Jam Kerja Ekstrem

pabrik-pexels/pixabuy-

Tragedi di Balik Kaleng Sarden: Buruh Perempuan Banyuwangi Kehilangan Jari karena Minim APD dan Jam Kerja Ekstrem

Banyuwangi – Di balik setiap kaleng sarden yang tersaji di meja makan keluarga Indonesia, tersembunyi kisah pilu para buruh pabrik yang bekerja tanpa perlindungan memadai. Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan laporan tragis dari sejumlah buruh perempuan di salah satu pabrik pengolahan ikan sarden di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka dikabarkan harus kehilangan jari-jarinya akibat kecelakaan kerja berulang yang disinyalir terjadi karena minimnya Alat Pelindung Diri (APD) dan sistem kerja yang eksploitatif.



Kasus ini mencuat ke permukaan setelah unggahan viral di media sosial pada 21 Desember 2025 oleh akun Twitter @taufikahmd. Dalam cuitannya, sang pengunggah menyoroti nasib para buruh perempuan—yang mayoritas adalah ibu rumah tangga—yang menjadi tulang punggung keluarga, namun justru diperlakukan layaknya mesin tanpa perlindungan layak.

"Ini gimana cara ngeramein dan viralin buruh-buruh perempuan (rerata ibu-ibu) di pabrik pengolahan ikan (sarden kaleng) yang jari-jarinya pada putus?" tulisnya, menggugah kepedulian publik.

Dua Kali dalam Sebulan, Jari Buruh Terpotong Mesin
Menurut laporan tersebut, dalam rentang waktu hanya satu bulan, dua orang buruh mengalami kecelakaan kerja fatal: jari tangan mereka terpotong saat melakukan aktivitas memotong kepala dan ekor ikan—proses awal dalam produksi sarden kaleng. Ironisnya, pihak pabrik disebut tidak menyediakan APD, terutama sarung tangan tahan air dan tajam, yang seharusnya menjadi standar keselamatan kerja di industri pengolahan makanan.


Sejumlah buruh bahkan terpaksa membeli sarung tangan sendiri demi melindungi tangan mereka. Namun, sarung tangan kain biasa yang mereka gunakan tak mampu menahan kondisi kerja yang ekstrem: basah terus-menerus selama belasan jam sehari.

"Pakai sarung tangan kain berpuluh jam dengan keadaan basah, tentu ini bikin tangan jadi kebas," tulis akun tersebut, menggambarkan kondisi fisik yang tak manusiawi.

Kondisi tangan yang mati rasa akibat kebas membuat para buruh tak sadar saat jarinya ikut terpotong oleh pisau atau mesin potong. Mereka baru menyadari cedera itu setelah merasakan nyeri hebat atau melihat darah mengalir—terlambat untuk dicegah.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya