Cuma Dianggap Teman? – Aliyah Balqis Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Yusman Kusuma Pasca Skandal Perselingkuhan dengan Jule
Yuka--
Cuma Dianggap Teman? – Aliyah Balqis Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Yusman Kusuma Pasca Skandal Perselingkuhan dengan Jule
Drama asmara yang melibatkan konten kreator ternama kembali mengguncang jagat media sosial. Kali ini, sorotan tertuju pada Aliyah Balqis—seorang konten kreator asal Malaysia—yang mengekspos fakta pahit tentang hubungannya dengan Yusman Kusuma, akrab disapa Yuka. Skandal perselingkuhan Yuka dengan Julia Prastini (Jule) yang sempat viral beberapa waktu lalu kini kembali mencuat, namun kali ini dengan narasi yang lebih menyakitkan: Aliyah mengaku selama ini hanya dianggap “teman biasa” oleh sang kekasih yang diduga berselingkuh.
Bukti Baru yang Mengoyak Hati: “Kita Cuma Teman Aja”
Lebih dari sekadar gosip semata, Aliyah kini memperlihatkan bukti konkret lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, @alyhblqis_, pada Selasa (23/12/2025). Dalam unggahan tersebut, ia membagikan cuplikan video singkat di mana dirinya terlihat sedang duduk di dalam mobil, sambil menyematkan tangkapan layar percakapan dengan Yuka.
Isi pesan tersebut sontak mengundang simpati dan kemarahan publik. Dalam obrolan itu, Yuka justru mempertanyakan istilah “selingkuh” yang digunakan Aliyah, dengan alasan yang terdengar dingin dan mengecewakan:
“Aku pengen tahu, apa yang kamu maksud dengan ‘selingkuh’, karena setahu dan seingat aku, selama ini kita cuma teman aja.”
Kalimat tersebut bukan hanya sekadar bantahan—namun tampak seperti pukulan telak bagi Aliyah, yang selama ini menganggap hubungan mereka serius. Bahkan, pasangan ini kerap tampil mesra di media sosial dengan julukan manis “Yukaya”—gabungan dari nama Yuka dan Aya—yang membuat publik yakin mereka tengah menjalin hubungan asmara yang komitmen.
“Selama Ini Cuma Dimanfaatin?”
Tak tinggal diam, Aliyah pun mengekspresikan rasa kecewanya melalui narasi yang penuh emosi. Ia mempertanyakan kembali makna dari hubungan yang selama ini dibangun, serta peran “Yukaya” yang ternyata mungkin hanyalah ilusi.
“Sedih banget jadi selama ini cuma dianggap teman, terus apa guna ‘Yukaya’? Jadi selama ini cuman dimanfaatin la eh?”
Pertanyaan tersebut bukan tanpa dasar. Aliyah, yang dikenal sebagai konten kreator dengan basis pengikut besar di Malaysia dan Indonesia, diduga menjadi ‘alat promosi’ tak resmi bagi Yuka untuk memperluas jangkauan popularitasnya. Dugaan ini semakin menguat mengingat Yuka—yang juga seorang figur publik—kerap muncul bersama Aliyah dalam konten kolaboratif, wawancara, bahkan unggahan intim yang seolah mengisyaratkan komitmen jangka panjang.
Namun kini, semua itu runtuh dengan satu kalimat: "kita cuma teman aja."
Reaksi Warganet: Dukungan untuk Aya, Kecaman untuk Yuka
Unggahan Aliyah tak hanya menjadi pengakuan pribadi, tapi juga memicu gelombang respons dari netizen di seluruh Tanah Air. Ratusan komentar membanjiri unggahan tersebut, sebagian besar memberikan dukungan moril kepada Aliyah, sekaligus mencela sikap Yuka yang dianggap tak bertanggung jawab.
Akun @deaaaaaaaa212 menulis:
“Cari aja yang lebih baik kak, modelan kek dia mah gak usah digalauin. Lo udah cantik, punya duit, ngapain mikirin cowo gak penting.”
Sementara akun @walidaaa_ menduga ada unsur manipulasi emosional dalam hubungan tersebut:
“Ya karena dia gak mau disalahin makannya cari pembelaan, NPD maksimal.”
Tak ketinggalan, akun @tities_nanda_maharani memberikan sindiran halus namun tajam:
“Kak untuk selamat nggak sampai pernikahan.”
Kalimat terakhir itu menyiratkan kelegaan terselubung dari publik—bahwa Aliyah berhasil “lolos” dari hubungan yang ternyata tak pernah serius sejak awal.
Mengupas Lebih Dalam: Apa Arti “Cuma Teman” dalam Hubungan Publik?
Kasus ini menyinggung isu yang lebih luas dalam dunia selebriti digital: batas kabur antara pertemanan dan hubungan romantis di ranah publik. Banyak pasangan figur media sosial membangun narasi asmara sebagai bagian dari konten, namun tidak selalu disertai komitmen nyata di kehidupan pribadi.
Psikolog media sosial, Dr. Rina Wijaya, menyebut fenomena ini sebagai “relasi performative”—di mana hubungan dipertontonkan demi engagement, bukan karena kedekatan emosional autentik.