Kenapa Bali Sepi? Netizen Beramai-ramai Curhat Pengalaman Tak Mengenakkan
bali-DEZALB-
Kenapa Bali Sepi di Pengunjung Tahun 2025,? Netizen Beramai-ramai Curhat Pengalaman Tak Mengenakkan
Menjelang akhir tahun 2025, destinasi wisata ikonik Indonesia, Bali, justru tengah menghadapi situasi yang tak biasa: sepi pengunjung. Padahal, periode Desember biasanya menjadi puncak musim liburan, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, kini suasana di berbagai sudut Pulau Dewata terasa jauh lebih lengang dibanding tahun-tahun sebelumnya—dan fenomena ini memicu gelombang keluhan di media sosial.
Alih-alih cerita liburan yang penuh keindahan dan ketenangan, warganet justru beramai-ramai membagikan pengalaman buruk mereka selama berlibur di Bali. Mulai dari perlakuan diskriminatif hingga layanan yang tidak ramah, berbagai unggahan viral di platform seperti TikTok dan Threads mengungkap sisi gelap pariwisata yang selama ini dikenal ramah dan eksotis.
Viralnya Keluhan Wisatawan Lokal
Salah satu unggahan yang menjadi sorotan berasal dari akun TikTok populer yang mengajak pengikutnya berbagi pengalaman tidak menyenangkan di Bali. Dalam hitungan hari, unggahan tersebut dibanjiri hampir seribu komentar, mayoritas berasal dari wisatawan domestik yang merasa perlakuannya berbeda dibanding tamu asing.
Salah satu pengguna dengan akun @makanjalan.travel membagikan pengalaman pribadinya di Pantai Kuta. Ia mengaku hanya ingin duduk di atas pasir—tanpa menggunakan kursi atau fasilitas berbayar—namun tetap diusir oleh petugas karena dianggap mengganggu area payung pantai.
“Aku cuma duduk di pasir, tapi disuruh pindah. Padahal payungnya banyak yang kosong,” tulisnya, seperti dikutip dari Beritasatu.com pada Sabtu (20/12/2025).
Kisah serupa juga datang dari kawasan Uluwatu, salah satu destinasi budaya paling ikonik di Bali. Seorang wisatawan menceritakan upayanya datang dua jam lebih awal demi mendapatkan tempat duduk terbaik untuk menyaksikan pertunjukan tari Kecak. Namun, 10 menit sebelum pertunjukan dimulai, ia diminta pindah oleh petugas—yang disebut menggunakan istilah “Bli”—agar membuka jalan bagi wisatawan asing yang datang belakangan.
“Saya enggak mau pindah dan tetap di sini. Bli-nya marah, bentak, bahkan melotot sambil menunjuk-nunjuk. Padahal kami sama-sama bayar,” ungkapnya dalam kolom komentar.
Perlakuan demikian bukan hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar: apakah pariwisata Bali kini lebih mengutamakan wisatawan internasional ketimbang tamu lokal?
Diskriminasi Layanan hingga Tuduhan Tak Berdasar
Tak berhenti di pantai dan pertunjukan budaya, keluhan juga menyebar ke sektor hiburan modern seperti beach club. Seorang netizen mengaku memesan minuman dan makanan, namun pesanannya terlambat datang meski ia datang lebih awal. Ironisnya, tamu asing yang datang belakangan justru dilayani lebih cepat.
Ketika sang wisatawan memutuskan pergi karena merasa tidak dihargai, ia justru dikejar oleh staf dan dituduh belum membayar—padahal ia bahkan belum menerima pesanannya.
Insiden semacam ini bukan hanya soal pelayanan yang buruk, tetapi juga mencerminkan potensi bias sistemik dalam industri pariwisata Bali. Banyak netizen mulai mempertanyakan apakah ada standar ganda dalam pelayanan terhadap wisatawan lokal dan internasional.
Pelaku Pariwisata Akui Penurunan Kunjungan
Di balik gelombang keluhan, para pelaku pariwisata lokal juga angkat suara. Mereka mengakui bahwa akhir tahun 2025 ini justru menjadi low season, meskipun secara kalender termasuk masa liburan.
Akun Threads @its_leventery, seorang pekerja di sektor pariwisata, menyatakan bahwa situasi kali ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Aku sebagai pekerja sektor pariwisata mengakui saat ini low season. Contohnya, wisatawan dari Bali biasanya suka ke Gili dan biasanya ramai berdesakan, tapi saat ini sepi dan banyak bangku kosong,” ujarnya.
Penurunan kunjungan ini bisa jadi dipicu oleh berbagai faktor, termasuk fluktuasi ekonomi global, perubahan tren perjalanan pasca-pandemi, atau bahkan dampak dari citra negatif yang kini mulai menyebar di media sosial.