Harga Cabai Mulai Turun, Amran Optimis Stok Nasional Cukup Jelang Nataru 2025/2026
cabe-pixabay-
Inflasi Nataru Jadi Ancaman, Pemerintah Siaga Penuh
Kenaikan harga cabai rawit yang terjadi di 76,67% wilayah Indonesia menjadi peringatan serius bagi pemerintah. Jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan Indeks Perubahan Harga (IPH) terus bertambah: dari 261 wilayah pada pekan pertama Desember, meningkat menjadi 272 wilayah pada pekan kedua, dan mencapai 276 wilayah pada pekan ketiga Desember.
BPS mengingatkan bahwa komoditas cabai rawit berpotensi menjadi pemicu utama tekanan inflasi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. “Untuk cabai rawit, baik level harga maupun perubahan harganya mengalami kenaikan yang cukup signifikan di bulan Desember ini,” kata Windhiarso.
Untuk mencegah dampak lebih luas, pemerintah telah mengaktifkan sejumlah mekanisme pengamanan pangan, termasuk operasi pasar, subsidi logistik ke daerah terpencil, serta kolaborasi antar-kementerian untuk memastikan rantai pasok tetap lancar.
Optimisme di Tengah Tantangan: Petani dan Konsumen Harus Sama-Sama Dilindungi
Menteri Amran menegaskan komitmen pemerintah untuk melindungi kedua pihak: petani sebagai produsen, dan masyarakat sebagai konsumen. “Kita tidak ingin petani rugi karena hasil panennya tidak terserap, tapi juga tidak ingin masyarakat kesulitan membeli bumbu dapur utama ini,” ujarnya.
Dengan proyeksi produksi yang meningkat, stok yang memadai, dan intervensi distribusi yang lebih cepat, pemerintah optimistis harga cabai akan semakin stabil dalam pekan-pekan mendatang—tepat saat masyarakat merayakan momen penting akhir tahun.
Bagi konsumen, kabar ini menjadi angin segar. Bagi petani, ini adalah bentuk pengakuan atas kerja keras mereka di tengah tantangan iklim yang semakin tidak menentu. Dan bagi bangsa, ini adalah bukti bahwa kemandirian pangan bukan sekadar slogan, tapi komitmen yang terus diwujudkan.