Harga Cabai Mulai Turun, Amran Optimis Stok Nasional Cukup Jelang Nataru 2025/2026
cabe-pixabay-
Harga Cabai Mulai Turun, Amran Optimis Stok Nasional Cukup Jelang Nataru 2025/2026
Di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap melonjaknya harga cabai akibat cuaca ekstrem dan gangguan distribusi, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) memberikan kabar menggembirakan. Kepala Bapanas yang juga menjabat sebagai Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengklaim bahwa tren harga cabai di tingkat nasional mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
“Cabai, kemarin yang aku pantau itu cukup baik, bahkan turun. Tetapi ini kami kira karena ada bencana, hujan, kalau cabai naik sedikit masih wajar,” ujar Amran dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa (23/12/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah tekanan inflasi yang sempat meningkat akibat lonjakan harga cabai rawit hingga lebih dari 50% dalam sebulan terakhir. Namun, Amran yakin fluktuasi ini bersifat sementara dan akan segera terkendali berkat langkah strategis pemerintah dalam menjaga distribusi dan stabilitas pasokan.
Langkah Cepat Pemerintah: Distribusi Cabai dari Sentra Produksi ke Pusat Konsumsi
Salah satu upaya konkret yang dilakukan pemerintah adalah mempercepat distribusi cabai dari daerah sentra produksi ke kota-kota besar yang mengalami kekurangan pasokan, termasuk ibu kota Jakarta. Amran mencontohkan pengiriman hasil panen cabai petani Aceh menggunakan armada udara yang biasanya digunakan untuk logistik bantuan bencana.
“Petani kita, termasuk cabai, tidak boleh rugi. Mereka harus kita bantu. Hasil jerih payah mereka harus terdistribusikan dengan baik ke daerah konsumen yang membutuhkan pasokan, seperti Jakarta. Ini telah kami lakukan,” tegasnya.
Langkah ini tidak hanya melindungi pendapatan petani, tetapi juga membantu menstabilkan harga di tingkat konsumen, terutama menjelang momentum Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) yang biasanya diikuti lonjakan permintaan komoditas pangan.
Produksi Cabai Desember 2025 Capai Rekor Baru, Pasokan Lebih dari Cukup
Menurut Proyeksi Neraca Pangan Bapanas per Desember 2025, produksi cabai besar diperkirakan mencapai 127,8 ribu ton, meningkat 22,3% dibandingkan produksi November yang mencapai 104,5 ribu ton. Sementara itu, produksi cabai rawit pada bulan yang sama diproyeksikan mencapai 108,6 ribu ton.
Jumlah tersebut jauh melampaui kebutuhan konsumsi nasional bulanan untuk kedua jenis cabai tersebut, yang berada di kisaran 76.000 hingga 78.000 ton. Artinya, secara agregat, pasokan cabai di dalam negeri masih sangat memadai untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Selain itu, stok akhir tahun 2025 diperkirakan cukup aman: 63,4 ribu ton untuk cabai besar dan 49,3 ribu ton untuk cabai rawit. Angka ini memberikan bantalan penting dalam menghadapi potensi gangguan logistik akibat cuaca buruk atau bencana alam.
Kenaikan Harga Cabai Rawit Tembus 52%, Papua Jadi Wilayah Termahal
Meski tren harga mulai melandai secara nasional, data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan kenaikan harga cabai rawit yang sangat signifikan selama Desember 2025. Harga rata-rata cabai rawit naik 52,86% dibandingkan bulan November, mencapai Rp66.841 per kilogram.
Di beberapa daerah terpencil, kenaikan harganya jauh lebih ekstrem. Di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, harga cabai rawit sempat menyentuh angka Rp200.000/kg. Sementara di Kabupaten Paniai, harganya mencapai Rp176.000/kg, dan di Kabupaten Intan Jaya mencapai Rp170.000/kg.
“Ini mengalami kenaikan sampai dengan 52,86% dibandingkan November 2025 dan harganya sudah di atas Harga Acuan Penjualan (HAP). Harga tertinggi terjadi di Kabupaten Nduga yang mencapai Rp200.000/kg,” ungkap Direktur Statistik Harga BPS, Windhiarso Ponco Adi, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2025 yang digelar secara daring pada Senin (22/12/2025).
Berdasarkan data Panel Harga Bapanas per pukul 07.23 WIB pada 23 Desember, harga rata-rata cabai rawit merah secara nasional masih berada di angka Rp57.125/kg, sedikit di atas batas atas HAP yang ditetapkan pemerintah (Rp40.000–Rp57.000/kg).