KSAD Maruli Simanjuntak: Prajurit TNI Korbankan Nyawa Tangani Bencana Sumatera, Masyarakat Diminta Tak Hanya Mengkritik
Maruli-Instagram-
Seruan untuk Pers dan Masyarakat: Kritik yang Membangun
KSAD juga secara implisit mengimbau media untuk tidak hanya menonjolkan kekurangan, tetapi juga menyoroti upaya dan pengorbanan yang dilakukan di lapangan. Jurnalisme yang seimbang, menurutnya, justru bisa menjadi kekuatan moral bagi para penolong.
“Kami terbuka pada kritik. Tapi kritik yang membangun, yang membantu kami memperbaiki—bukan yang menjatuhkan semangat,” katanya.
Dalam konteks ini, peran masyarakat tidak kalah penting. Laporan langsung dari lapangan, koordinasi dengan posko bencana, dan kesediaan untuk menjadi relawan bisa jauh lebih efektif daripada hanya menyebarkan narasi negatif di media sosial.
Penutup: Di Balik Seragam Loreng, Ada Manusia yang Rentan
Pernyataan KSAD Maruli Simanjuntak bukan sekadar pembelaan institusi, melainkan jendela yang membuka mata publik pada realitas di balik operasi tanggap darurat. Di balik seragam loreng yang kerap dianggap perkasa, ada manusia—ayah, suami, anak—yang rentan terhadap kesedihan, kelelahan, dan kehilangan.
Ketika negara diuji oleh bencana, yang dibutuhkan bukan hanya kecepatan, tetapi juga empati. Dan dalam semangat gotong royong yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, kritik harus berjalan beriringan dengan dukungan. Karena pada akhirnya, menyelamatkan nyawa bukanlah soal siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang paling peduli.