Ada Nona Ambon Disini? Dewi Persik Akhirnya Berduet Bareng Faris Adam Penyanyi Lagu Stecu Stecu di Top 3 D'Academy 7

Ada Nona Ambon Disini? Dewi Persik Akhirnya Berduet Bareng Faris Adam Penyanyi Lagu Stecu Stecu di Top 3 D'Academy 7

Faris--

Ada Nona Ambon Disini? Dewi Persik Akhirnya Berduet Bareng Faris Adam Penyanyi Lagu Stecu Stecu di Top 3 D'Academy 7
Dunia musik Indonesia kembali dikejutkan oleh kehadiran wajah baru yang mengusung identitas lokal: Faris Adam, penyanyi muda asal Ternate, Maluku Utara. Namanya tiba-tiba menjadi buah bibir setelah lagunya yang berjudul “Stecu Stecu” meledak di platform media sosial, khususnya TikTok. Dalam waktu singkat, lagu tersebut menjadi soundtrack favorit jutaan konten kreator, memperkenalkan nuansa musik Indonesia Timur kepada publik yang lebih luas.

Viral di TikTok, Biodata Faris Adam Diburu Netizen
Sejak muncul di beranda TikTok, “Stecu Stecu” langsung mencuri perhatian berkat liriknya yang ringan, melodi yang catchy, serta pengucapan logat Maluku Utara yang khas. Fenomena viral ini membuat banyak warganet penasaran: siapa sebenarnya Faris Adam? Bagaimana latar belakangnya? dan bagaimana proses kreatif di balik lagu yang kini jadi hits nasional?



Ternyata, di balik kesuksesan viral itu, ada perjalanan panjang seorang pemuda Ternate yang berjuang tanpa label besar, hanya bermodalkan gitar, keberanian, dan cinta pada musik daerahnya.

Dari Komunitas Lokal ke Panggung Nasional
Faris Adam bukan sekadar musisi yang untung-untungan viral. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia musik. Ia tumbuh di lingkungan yang kaya akan tradisi seni, sehingga secara alami mulai menciptakan lagu dan bermain alat musik sejak remaja. Aktif di komunitas musik lokal di Ternate, Faris mulai membangun fondasi kariernya jauh sebelum namanya dikenal secara nasional.

Awalnya, ia merilis karya-karyanya secara mandiri melalui YouTube dan Instagram. Tanpa manajemen profesional atau promosi besar-besaran, Faris mengandalkan keaslian dan personalitasnya yang dekat dengan penonton. Gaya komunikasinya yang santai dan autentik membuat penggemar merasa seperti berinteraksi langsung dengannya—bukan sekadar mengikuti selebriti.


“Stecu Stecu”: Lagu Santai yang Menjadi Fenomena Budaya
“Stecu Stecu”—singkatan dari “Stelan Cuek”—adalah lagu yang lahir dari momen-momen santai bersama teman-teman Faris di Ternate. Liriknya menceritakan kisah cinta pandangan pertama yang disampaikan dengan humor khas dan diksi sehari-hari. Namun, kekuatan lagu ini justru terletak pada akar budayanya: irama musik Indonesia Timur yang diolah dengan sentuhan pop modern.

Penggunaan dialek Maluku Utara dalam bait-bait lagu membuat “Stecu Stecu” terasa segar dan unik di tengah dominasi lagu-lagu pop Jakarta yang seragam. Alhasil, lagu ini tidak hanya menjadi tren, tapi juga menjadi pintu masuk bagi banyak pendengar untuk mengenal lebih dalam keragaman musik nusantara.

Yang menarik, viralitas lagu ini terjadi secara organik. Tidak ada kampanye iklan besar atau strategi marketing rumit—cukup satu video TikTok, lalu efek domino pun terjadi. Dalam hitungan minggu, “Stecu Stecu” dipakai oleh ratusan ribu hingga jutaan kreator konten, dari Jakarta hingga Papua.

Memanfaatkan Momentum: Dari Medsos ke TV Nasional
Setelah namanya melejit, Faris Adam mulai mendapatkan undangan tampil di berbagai media nasional. Ia menjadi bintang tamu di program FYP TRANS7, yang dikenal sebagai ajang pencarian bakat viral di dunia maya. Penampilannya disambut hangat, menunjukkan bahwa publik tidak hanya menyukai lagunya, tapi juga pribadinya yang rendah hati dan penuh semangat.

Selain itu, Faris juga diwawancarai oleh RRI Ternate, stasiun radio lokal yang bangga melihat putra daerahnya sukses mengangkat nama Maluku Utara ke pentas nasional. Kini, ia rutin tampil di festival musik, acara budaya, dan bahkan mulai dilirik oleh produser musik dari Jakarta.

Konsisten dengan Identitas, Menolak Hilangkan Akar Budaya
Salah satu hal yang membuat Faris Adam patut diapresiasi adalah komitmennya untuk tidak melepaskan identitas lokalnya. Meski kini dikenal secara nasional, ia tetap mempertahankan logat, instrumen, dan nuansa Maluku Utara dalam setiap karyanya. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya lanskap musik Indonesia, tetapi juga menjadi bentuk perlawanan halus terhadap homogenisasi budaya populer.

“Saya ingin orang tahu bahwa musik daerah itu keren, relevan, dan bisa jadi tren,” ujarnya dalam sebuah wawancara ringan di Instagram Live.

Sebelum fokus penuh pada musik, Faris bahkan pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah distributor ponsel. Namun, setelah “Stecu Stecu” viral, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mengejar mimpi bermusik secara penuh—sebuah keputusan berani yang kini membuahkan hasil manis.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya