Pemerintah Gelontorkan Rp400 Miliar Cetak 11.000 Hektare Sawah Baru di Sumatra, Perkuat Ketahanan Pangan dan Pulihkan Lahan Pasca Bencana
sawah-chienba-
Pemerintah Gelontorkan Rp400 Miliar Cetak 11.000 Hektare Sawah Baru di Sumatra, Perkuat Ketahanan Pangan dan Pulihkan Lahan Pasca Bencana
Di tengah upaya pemulihan pascabencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra, pemerintah menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga ketahanan pangan nasional dengan mengalokasikan dana sebesar Rp400 miliar untuk mencetak 11.000 hektare sawah baru di Pulau Sumatra. Langkah strategis ini bukan hanya bertujuan memperluas lahan pertanian produktif, tetapi juga menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk memulihkan kehidupan petani yang terdampak bencana alam.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menegaskan bahwa pemulihan lahan pertanian merupakan salah satu prioritas utama pemerintah. “Kehidupan petani harus segera pulih. Mereka adalah tulang punggung ketahanan pangan nasional. Dengan mencetak sawah baru, kami membuka jalan bagi pemulihan ekonomi pedesaan sekaligus memperkuat fondasi pangan kita,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Amran menambahkan, pemerintah tidak hanya berfokus pada rehabilitasi infrastruktur pertanian yang rusak, tetapi juga menyiapkan langkah-langkah responsif dan berkelanjutan untuk memastikan lahan-lahan pertanian yang terkena dampak bencana dapat kembali produktif dalam waktu sesingkat-singkatnya. “Kami akan bertindak cepat dan tepat. Tidak boleh ada jeda terlalu lama yang mengancam ketahanan pangan,” tegasnya.
Bantuan Kemanusiaan Terus Mengalir: Tahap Ketiga Dikirim via KRI Makassar-590
Sejalan dengan upaya jangka panjang tersebut, pemerintah juga terus menggencarkan pengiriman bantuan kemanusiaan bagi masyarakat yang terdampak bencana di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Pada pagi yang sama, pukul 07.00 WIB, Menteri Pertanian Amran Sulaiman bersama Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Muhammad Ali melepas keberangkatan bantuan tahap ketiga dari Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Bantuan tersebut diangkut menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Makassar-590, milik TNI Angkatan Laut. Penggunaan kapal militer ini menjadi bukti nyata sinergi antara instansi sipil dan militer dalam menangani situasi darurat kemanusiaan.
“Sesuai arahan Bapak Presiden Republik Indonesia, kami hadir untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Ini adalah pengiriman tahap ketiga yang diluncurkan hari ini,” kata Amran, menekankan pentingnya solidaritas nasional dalam menghadapi krisis.
Total Bantuan Capai Rp1,2 Triliun, Didukung Kolaborasi Multipihak
Sejak awal penanggulangan bencana, pemerintah telah menyalurkan bantuan logistik dalam jumlah besar. Hingga saat ini, total bantuan yang telah didistribusikan mencakup 44.000 ton beras, 6.000 ton minyak goreng, serta berbagai kebutuhan pokok lainnya, dengan nilai total mencapai sekitar Rp1,2 triliun.
Tak hanya itu, semangat gotong royong juga ditunjukkan oleh jajaran Kementerian Pertanian dan mitra strategisnya. Melalui program “Kementan Peduli”, para pegawai kementerian, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan seperti Bulog, ID Food, dan PTPN, berhasil menghimpun donasi senilai Rp75 miliar untuk mendukung pemulihan di wilayah terdampak.
Penyaluran bantuan ini dilakukan secara terkoordinasi dan bertahap, melibatkan sejumlah lembaga strategis nasional, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, TNI Angkatan Laut, Panglima TNI, hingga Kementerian Pertahanan.
“Ini adalah kolaborasi luar biasa antarlembaga. Bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan hanya ujian bagi warga setempat, tapi bagi seluruh bangsa Indonesia,” ujar Amran.
Isi Bantuan Tahap III: Lebih dari Sekadar Sembako
Pada pengiriman tahap ketiga ini, KRI Makassar-590 memuat 70 truk bantuan yang berisi berbagai kebutuhan mendesak masyarakat terdampak. Komposisi bantuan disusun berdasarkan kebutuhan riil di lapangan yang dilaporkan oleh pemerintah daerah dan BNPB. Isinya mencakup:
Mi instan
Air mineral dalam kemasan
Biskuit dan susu UHT
Popok bayi dan pembalut wanita
Sosis dan makanan siap saji
Kasur darurat dan selimut
Pakaian layak pakai dan handuk
Sabun mandi dan perlengkapan kebersihan
Minuman dalam kemasan
Alat penjernih air portabel
“Kami tidak asal kirim. Semua disesuaikan dengan laporan kebutuhan dari lapangan. Bahkan, alat penjernih air pun kami sertakan karena akses air bersih menjadi tantangan besar di sejumlah lokasi,” jelas Amran.