Apa Penyebab Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati? Benarkah Karena Akibat Korsleting Listrik?
Keramat jati-Instagram-
Apa Penyebab Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati? Benarkah Karena Akibat Korsleting Listrik?
Pagi yang biasanya ramai dengan aktivitas jual-beli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, tiba-tiba berubah menjadi lautan panik dan asap tebal. Sebuah kebakaran besar melanda kawasan strategis tersebut pada Senin (15/12/2025) sekitar pukul 07.24 WIB, menghanguskan los buah semi permanen yang menjadi pusat distribusi buah segar bagi warga ibu kota.
Api menjalar dengan cepat, memanfaatkan material mudah terbakar yang banyak tersimpan di area pasar. Dalam hitungan menit, kobaran api menjulang tinggi, menimbulkan kepulan asap hitam yang tampak dari jarak kilometeran. Para pedagang—yang baru saja membuka lapak dan bersiap melayani pembeli—terpaksa berlarian menyelamatkan diri dan barang dagangan mereka.
Respons Cepat Tim Damkar, Libatkan Robot Pemadam Canggih
Menyikapi insiden ini, Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur langsung mengerahkan kekuatan penuh. Sebanyak 16 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi untuk menjinakkan si jago merah. Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menurunkan robot pemadam kebakaran canggih bernama DOK-IND MVF-5 U3, yang telah dimiliki sejak 2020.
Robot ini dirancang khusus untuk menghadapi situasi kebakaran berisiko tinggi di area padat atau sulit dijangkau manusia. Dengan kemampuan menahan panas ekstrem dan menyemprotkan air dengan presisi, kehadiran robot ini menjadi bagian penting dalam upaya meminimalkan korban dan kerugian material.
Saksi Mata: Ledakan Kecil dan Asap dari Toko Plastik
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Namun, sejumlah saksi mata menyebut bahwa api pertama kali muncul dari toko plastik yang berlokasi di dekat los buah.
Salah satu saksi kunci, Ridwan—seorang sopir truk yang tengah melakukan bongkar muatan di area pasar—mengaku mendengar suara ledakan kecil sebelum asap tebal mulai mengepul.
“Saya dengar ledakan. Saat itu mobil saya sedang parkir, saya lagi bongkar muat, duduk-duduk di warung. Tiba-tiba ada suara dug! dan asap langsung naik dari arah toko plastik,” ungkap Ridwan kepada ANTARA, Senin (15/12/2025).
Menurut Ridwan, toko tersebut menyimpan berbagai bahan plastik dan kemasan yang sangat mudah terbakar. Kombinasi itu, ditambah dengan sistem kelistrikan yang diduga tak memadai, membuat api cepat membesar dan menjalar ke los-los sekitarnya.
Kondisi Terkini: Api Belum Sepenuhnya Padam, Warga Diminta Waspada
Meski upaya pemadaman terus dilakukan sepanjang pagi hingga siang hari, petugas masih melaporkan titik-titik api yang terus berkobar di beberapa sudut los yang runtuh. Asap tebal masih menyelimuti area pasar, mengganggu visibilitas dan membuat proses evakuasi serta pendinginan menjadi lebih kompleks.
Aparat kepolisian setempat telah memasang garis pengaman dan melarang warga maupun pedagang mendekati area kebakaran, demi alasan keselamatan dan kelancaran operasi pemadam. Beberapa jalur akses ke pasar pun sementara ditutup untuk menghindari kemacetan dan memudahkan mobilitas petugas.
Dampak Sosial dan Ekonomi: Pedagang Rugi, Rantai Pasok Terancam Terganggu
Pasar Induk Kramat Jati bukan sekadar pasar tradisional—ia adalah salah satu pusat distribusi buah dan sayur terbesar di Jakarta Timur. Kebakaran ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap rantai pasok pangan segar di wilayah tersebut, terutama dalam jangka pendek.
Ratusan pedagang kehilangan modal, lapak, dan bahkan dokumen penting dalam peristiwa ini. Banyak dari mereka adalah pelaku usaha mikro yang menggantungkan hidup dari aktivitas harian di pasar. Kini, mereka terpaksa menunggu kepastian bantuan dari pemerintah daerah atau lembaga terkait.
Sejumlah organisasi masyarakat dan komunitas pedagang sudah mulai menggalang donasi dan bantuan logistik. Namun, tanpa intervensi cepat dari pemerintah, dikhawatirkan efek domino akan terasa hingga ke konsumen akhir—baik dari sisi harga maupun ketersediaan komoditas.