Khutbah Jumat 12 Desember 2025: Menghadapi Bencana Alam di Sumatera dengan Keteguhan Iman dan Solidaritas Kemanusiaan
masjid-pixabay-
Khutbah Jumat 12 Desember 2025: Menghadapi Bencana Alam di Sumatera dengan Keteguhan Iman dan Solidaritas Kemanusiaan
Menyambut Ujian dengan Iman yang Tak Pernah Padam
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Di hari yang penuh berkah ini, marilah kita bersama-sama menundukkan kepala dan memperbarui niat dalam ketakwaan. Takwa bukan sekadar ucapan, melainkan komitmen nyata untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Di tengah kehidupan dunia yang penuh godaan, ketakwaan adalah bekal paling berharga yang akan menuntun kita menuju ridha-Nya di akhirat kelak.
Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, para sahabat, serta seluruh umatnya hingga akhir zaman, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah. Beliau adalah teladan dalam ketabahan, empati, dan keimanan—sifat-sifat yang sangat kita butuhkan di masa-masa sulit seperti sekarang ini.
Bencana di Sumatera: Sebuah Ujian yang Menyentuh Hati Umat
Beberapa hari terakhir, tanah air kita diguncang duka yang mendalam. Sebuah bencana alam yang dahsyat melanda wilayah Sumatera, menghancurkan rumah, infrastruktur, dan—yang paling menyayat hati—merenggut nyawa ratusan saudara sebangsa. Belum lagi ratusan orang yang masih dalam pencarian, ribuan yang mengalami luka fisik dan trauma psikologis, serta puluhan ribu jiwa yang kini terpaksa mengungsi tanpa kepastian.
Dalam sekejap, kehidupan yang tadinya tenang berubah menjadi reruntuhan. Namun, di balik puing dan air mata, ada pelajaran besar yang Allah ajarkan kepada kita semua: bahwa hidup ini rapuh, dunia ini fana, dan hanya kepada Allah-lah kita kembali.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya:
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,), kabar gembira kepada orang-orang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Musibah Bukanlah Kemurkaan, Melainkan Tanda Kasih Sayang Allah
Sering kali, saat musibah datang, muncul pertanyaan dalam hati: Mengapa ini terjadi? Apakah Allah murka kepada kami? Namun, pandangan Islam mengajarkan bahwa ujian bukanlah pertanda kebencian Allah, justru sebaliknya—Allah menguji orang-orang yang dicintai-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, kepayahan, sakit, kesedihan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Musibah adalah cermin. Ia memantulkan seberapa dalam iman kita, seberapa kuat ketabahan kita, dan seberapa besar rasa empati kita terhadap sesama. Di sinilah ujian sesungguhnya: bukan hanya bagi korban, tetapi juga bagi mereka yang masih diberi keselamatan.
Tiga Langkah Spiritual dan Sosial dalam Menyikapi Bencana
Jamaah yang kami muliakan,
Menyikapi bencana bukan hanya soal evakuasi dan bantuan logistik—meskipun itu penting—namun juga soal penyucian hati, penguatan iman, dan solidaritas kemanusiaan. Berikut tiga cara utama dalam menyikapi musibah sesuai tuntunan Islam:
1. Kembali kepada Allah dengan Doa dan Istighfar
Doa adalah senjata orang mukmin. Dalam kesedihan dan kebingungan, doa menjadi jembatan yang menghubungkan hamba dengan Rabb-nya. Istighfar, permohonan ampun, juga menjadi kunci turunnya rahmat Allah. Bisa jadi, musibah ini adalah peringatan agar umat kembali kepada jalan-Nya yang lurus.
2. Menunjukkan Empati melalui Aksi Nyata
Islam sangat menekankan pentingnya membantu sesama. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.”
(HR. Bukhari)
Bantuan tak harus berupa uang. Tenaga, waktu, doa, dan bahkan ucapan yang menenangkan hati adalah bentuk sedekah yang bernilai tinggi di sisi Allah. Di era digital seperti sekarang, menyebar informasi yang akurat dan menggalang donasi juga merupakan amal jariyah.
3. Mengambil Hikmah: Hidup Ini Sementara
Musibah mengingatkan kita pada kefanaan dunia. Rumah yang megah bisa runtuh dalam hitungan detik. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun bisa lenyap seketika. Maka, jangan biarkan waktu terbuang sia-sia. Perbaiki salat, jaga lisan, tingkatkan sedekah, dan rapikan hubungan dengan sesama. Karena kelak, hanya amal baik yang akan menemani kita di liang kubur.
Jangan Putus Asa: Rahmat Allah Seluas Langit dan Bumi
Di tengah kesedihan, jangan biarkan hati larut dalam keputusasaan. Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 53:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Artinya:
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini adalah pelipur lara bagi siapa pun yang merasa jatuh, gagal, atau terluka. Rahmat Allah tak pernah habis. Dalam setiap bencana, selalu ada jalan menuju ampunan, peningkatan derajat, dan kebaikan yang tak terlihat oleh mata.
Doa Penutup: Memohon Perlindungan dan Kebaikan untuk Seluruh Umat
Jamaah sekalian, marilah kita akhiri khutbah ini dengan doa bersama. Doa yang tulus dari hati yang bersih, penuh harap dan cemas, namun tetap percaya pada keadilan dan kasih sayang Allah.