Siapa Anak dan Suami Sherly Chebing? Sosok yang Serahkan Video 26 Menit ke Polisi atas Dugaan KDRT Selama 24 Tahun, Bukan Orang Sembarangan?
Sherly-Instagram-
Siapa Anak dan Suami Sherly Chebing? Sosok yang Serahkan Video 26 Menit ke Polisi atas Dugaan KDRT Selama 24 Tahun, Bukan Orang Sembarangan?
Kisah memilukan Sherly Chebing, seorang influencer yang kini berani bersuara setelah puluhan tahun mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tengah menjadi sorotan publik. Pengakuan jujurnya tidak hanya membuka luka lama, tetapi juga memicu diskusi luas tentang kekerasan terhadap perempuan, tekanan sosial, dan keberanian untuk melawan dalam diam.
Dalam sebuah wawancara eksklusif yang diunggah di kanal YouTube TRANS TV Official, Sherly mengungkap bahwa dirinya menjadi korban KDRT oleh mantan suaminya, Moses Hendry alias Hendriyanto, selama 24 tahun—sejak anak pertamanya baru berusia empat bulan. Pengakuan itu bukan sekadar curahan hati, melainkan bagian dari proses hukum yang kini tengah berjalan: ia telah menyerahkan rekaman video berdurasi 26 menit kepada pihak kepolisian sebagai bukti awal.
Awal Mula KDRT: Dari Kecurigaan hingga Kekerasan Fisik
Sherly menceritakan bahwa insiden pertama terjadi ketika ia secara tidak sengaja menemukan sebuah foto di dalam handycam milik sang suami. Foto tersebut memperlihatkan Hendriyanto sedang memeluk seorang perempuan di Bali. Rasa curiga dan sakit hati mendorong Sherly untuk menanyakan kebenaran di balik gambar itu.
Namun, alih-alih menjelaskan, Hendriyanto justru meledak dalam amarah. Sherly mengaku dipukul di sekitar mata hingga mengalami luka serius. Saat itu, ia masih muda, baru saja menjadi ibu, dan hidup dalam tekanan budaya yang menuntut perempuan untuk “menjaga nama baik keluarga”.
“Saya dipukul sampai matanya bengkak. Tapi saya diam. Saya pikir, ini salah saya. Kalau saya tidak menanyakan soal foto itu, mungkin suami tidak marah,” ungkap Sherly dengan suara bergetar.
Diam Selama 24 Tahun: Antara Cinta, Takut, dan Tekanan Sosial
Selama dua dekade lebih, Sherly memilih menahan segala rasa sakit dalam hati. Bukan karena tidak berani, melainkan karena nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil: seorang istri harus setia, tabah, dan tidak boleh membuat aib keluarga terbongkar ke publik.
“Waktu itu saya diajarkan bahwa istri itu wajib menjaga martabat suami. Kalau suami dipermalukan, berarti saya yang gagal,” katanya.
Diamnya Sherly bukan tanda lemah, melainkan bentuk perlawanan diam-diam—menghidupi anak-anaknya, menjaga rumah tetap utuh, sekaligus menanggung beban emosional yang terus menggerogoti harga dirinya. KDRT yang dialaminya tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga psikologis, verbal, dan emosional.
Namun, semuanya berubah ketika Sherly memutuskan untuk berdiri. Ia sadar bahwa diam tidak lagi menjadi pilihan yang aman—baik untuk dirinya maupun untuk anak-anaknya.
Video 26 Menit: Bukti Kunci yang Diserahkan ke Polisi
Langkah Sherly untuk melaporkan mantan suaminya ke pihak berwajib bukan tanpa persiapan. Ia menyerahkan sebuah rekaman video berdurasi 26 menit yang menurutnya memperlihatkan tindakan kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan Hendriyanto. Video tersebut kini sedang menjalani proses verifikasi dan uji forensik digital oleh penyidik.
Sherly menegaskan bahwa sepanjang rekaman itu, ia sama sekali tidak membalas dengan kekerasan—baik secara fisik maupun verbal. “Saya hanya merekam. Saya tidak berteriak, tidak memukul balik. Saya hanya ingin bukti bahwa ini benar-benar terjadi,” ujarnya.
Video ini menjadi bukti penting karena dalam kasus KDRT, korban sering kali kesulitan menghadirkan dokumentasi fisik akibat tekanan, rasa malu, atau ketakutan. Keberadaan rekaman seperti ini memberikan titik terang dalam proses penegakan hukum.