Teks Khutbah Jumat 12 Desember 2025: Memahami Tiga Jenis Bencana dalam Perspektif Islam – Refleksi, Peringatan, dan Harapan di Tengah Musibah

Teks Khutbah Jumat 12 Desember 2025: Memahami Tiga Jenis Bencana dalam Perspektif Islam – Refleksi, Peringatan, dan Harapan di Tengah Musibah

Masjid--

Teks Khutbah Jumat 12 Desember 2025: Memahami Tiga Jenis Bencana dalam Perspektif Islam – Refleksi, Peringatan, dan Harapan di Tengah Musibah

tengah derasnya hujan dan gejolak alam yang tak henti mengguncang Nusantara, umat Islam di seluruh Indonesia kembali diingatkan akan hakikat bencana: bukan sekadar fenomena alam, tapi juga ujian, peringatan, bahkan peluang untuk kembali pada jalan yang diridhai Allah SWT. Pada Jumat, 12 Desember 2025, para khatib di seluruh negeri diimbau menyampaikan khutbah yang relevan dengan realitas sosial dan spiritual masyarakat, khususnya tentang tiga jenis bencana dalam perspektif Islam.



Bencana, dalam berbagai bentuknya—gempa, banjir, longsor, letusan gunung berapi, hingga badai—telah menjadi bagian dari kenyataan kehidupan yang tak bisa dihindari. Namun, dalam ajaran Islam, musibah bukanlah akhir dari segalanya. Ia justru menjadi cermin, pengingat, dan sarana untuk introspeksi diri. Di balik kehancuran dan kesedihan, tersembunyi hikmah ilahi yang menanti untuk direnungkan.

Bencana dalam Kehidupan: Antara Ujian dan Peringatan Ilahi
Dalam kurun waktu sebulan terakhir, Indonesia kembali diguncang serangkaian bencana alam yang memilukan. Longsor di Cilacap dan Banjarnegara, Jawa Tengah, telah merenggut puluhan nyawa. Gunung Semeru di Lumajang kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya, memaksa ribuan warga mengungsi. Sementara di Sumatera, banjir bandang dan tanah longsor melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, meninggalkan ratusan korban jiwa dan ratusan lainnya dinyatakan hilang.

Tragedi-tragedi ini tidak hanya menguji ketangguhan infrastruktur, tapi juga iman dan solidaritas kemanusiaan. Di tengah duka yang menyayat hati, muncul pertanyaan yang kerap mengganggu jiwa: Apakah ini azab dari Allah? Ataukah ujian yang harus kita hadapi dengan sabar?


Ibnu Manzūr, dalam karyanya monumental Lisān al-‘Arab, menjelaskan bahwa istilah “bencana” dalam bahasa Arab dikenal dengan al-kārithah (الكارثة), yang berarti kondisi penuh kesulitan. Istilah lain seperti al-baliyyah (البلية) dan ad-dahr (الدهر) juga merujuk pada kejadian yang tidak disukai manusia—kemalangan, musibah, atau penderitaan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bencana diartikan sebagai peristiwa yang menyebabkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan.

Namun, dalam pandangan Islam, bencana tidak serta-merta disamakan dengan murka Ilahi. Allah SWT, dalam keadilan-Nya yang Maha Sempurna, tidak pernah menimpakan musibah tanpa tujuan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 155:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

Tiga Macam Bencana dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam khutbah Jumat yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dijelaskan bahwa bencana yang menimpa manusia dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk utama, berdasarkan tujuan dan konteks turunnya.

Pertama, bencana sebagai hukuman atau azab bagi suatu kaum yang sengaja durhaka dan menolak kebenaran. Jenis bencana ini bersifat destruktif dan final, ditujukan kepada mereka yang berulang kali menentang perintah Allah dan menutup telinga terhadap peringatan para nabi-Nya.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya