Profil Tampang 10 Anggota Sindikat Internasional yang Merampok Dompet Suami Aktris Korea Jeon Hye Bin Raib
Jeon-Instagram-
Profil Tampang 10 Anggota Sindikat Internasional yang Merampok Dompet Suami Aktris Korea Jeon Hye Bin Raib
Dibobol Saat Liburan di Ubud, Dompet Suami Aktris Korea Jeon Hye Bin Raib—Polisi Tangkap 10 Anggota Sindikat Internasional
Liburan keluarga aktris ternama Korea Selatan, Jeon Hye Bin, di Ubud, Bali, berubah jadi mimpi buruk setelah suaminya menjadi korban pencurian yang tergolong canggih dan terorganisir. Kejadian yang berlangsung pada 1 Oktober 2025 itu kini terungkap setelah aparat kepolisian berhasil membongkar sindikat pencurian internasional yang terdiri atas 10 orang—termasuk empat warga negara Indonesia (WNI) dan enam warga negara asing (WNA).
Kasus ini bukan sekadar pencurian biasa. Modus operandinya menunjukkan koordinasi tingkat tinggi, peran spesifik tiap pelaku, serta eksploitasi teknologi keuangan digital yang memungkinkan uang korban langsung dikuras dan ditransfer ke rekening di luar negeri—termasuk Uganda.
Jeon Hye Bin dan Keluarga Jadi Korban Saat Menikmati Liburan di Ubud
Jeon Hye Bin, aktris yang dikenal lewat perannya dalam drama-drama Korea populer seperti Fatal Promise dan My Only One, tengah menikmati waktu berkualitas bersama keluarga di kawasan Ubud—destinasi wisata budaya yang terkenal dengan pemandangan alam memesona dan suasana tenang. Namun ketenangan itu buyar ketika suaminya menyadari dompetnya raib dari tas selempang yang biasa dipakainya.
Tak hanya keluarga Jeon Hye Bin, setidaknya empat turis asing lain—terdiri atas warga negara Korea dan China—juga menjadi korban dalam rangkaian pencurian yang terjadi di sekitar Puri Ubud dan Pasar Tematik Ubud.
“Betul, suami dari artis Korea itu salah satu korban. Total ada lima WNA dari Korea dan China yang menjadi sasaran sindikat ini,” ungkap Kapolres Gianyar AKBP Chandra C Kesuma dalam konferensi pers di Mapolres Gianyar, Selasa (2/12/2025).
Modus Cerdas: Alihkan Perhatian, Ambil Dompet, Langsung Gesek Kartu Kredit
Menurut keterangan polisi, sindikat ini bekerja dengan pembagian peran yang sangat terstruktur. Empat WNI—berinisial PT, IKPS, HL, dan JW—berperan sebagai penyedia mesin Electronic Data Capture (EDC), perangkat yang biasa digunakan untuk transaksi kartu kredit di toko atau restoran.
Sementara empat pelaku asal Mongolia—berinisial MK, SA, SD, dan GZ—bertindak sebagai eksekutor lapangan. Mereka bertugas mengalihkan perhatian korban, lalu mengambil dompet saat korban lengah. Begitu dompet berhasil direbut, kartu kredit di dalamnya langsung digesek menggunakan mesin ECD yang telah disiapkan oleh rekan mereka.
“Mereka menargetkan korban yang memakai tas selempang atau tas yang diletakkan di belakang tubuh. Begitu dompet diambil, kartu kredit langsung digunakan untuk transaksi palsu dan dananya langsung dikirim ke rekening di luar negeri,” jelas AKBP Chandra.
Dari hasil penyelidikan, polisi menemukan bahwa sebagian dana curian dikirim ke Uganda, sementara sebagian lainnya masuk ke rekening di Indonesia. Modus ini menjadikan pelacakan dana menjadi sangat rumit, namun berkat koordinasi lintas instansi dan bantuan intelijen keuangan, alur transfer berhasil dilacak.
Dua WNA China Jadi Dalang Perekrutan Sindikat
Yang mengejutkan, dua warga negara China—berinisial JWW dan TW HUA—terungkap sebagai otak di balik perekrutan seluruh anggota sindikat. Keduanya diduga bertindak sebagai koordinator yang menghubungkan pelaku dari berbagai negara, termasuk merekrut eksekutor dari Mongolia dan penyedia teknologi dari Indonesia.
“Peran mereka sangat krusial. Mereka tidak hanya merekrut, tapi juga mengatur pembagian hasil dan strategi operasional,” tambah AKBP Chandra.
Total kerugian yang dialami suami Jeon Hye Bin mencapai Rp132 juta. Angka ini belum termasuk kerugian dari korban lain yang masih dalam proses pendataan lebih lanjut.
Respons Publik dan Ancaman terhadap Pariwisata Bali
Kasus ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pariwisata Bali. Ubud, yang dikenal sebagai destinasi aman dan ramah bagi turis internasional, kini harus berhadapan dengan citra baru yang berpotensi mengusik rasa aman para pelancong.