Siapa Owner Kopi Tuku yang Terseret dalam Kasus Viral Tumbler Anita vs Pegawai KRL? Inilah Biodata Andanu Prasetyo
Tuku-Instagram-
Siapa Owner Kopi Tuku yang Terseret dalam Kasus Viral Tumbler Anita vs Pegawai KRL? Inilah Biodata Andanu Prasetyo
Belakangan ini, publik Indonesia dihebohkan oleh sebuah insiden yang awalnya terlihat sederhana: kehilangan tumbler. Namun, peristiwa tersebut berubah menjadi viral dan memicu perdebatan luas di media sosial, bahkan menyeret nama sebuah merek kopi lokal ternama—Tuku—ke dalam pusaran kontroversi. Di balik merek yang kini menjadi sorotan, siapa sebenarnya sosok di balik kesuksesan Tuku? Mari mengenal lebih jauh Andanu Prasetyo, sang pendiri dan pemilik kopi kekinian yang telah menjadi simbol kopi susu gula aren di Tanah Air.
Awal Mula Viral: Tumbler Tuku Jadi Pusat Perhatian
Semuanya bermula ketika seorang penumpang KRL Commuter Line bernama Anita melaporkan kehilangan barang pribadinya di Stasiun Rawa Buntu. Di dalam cooler bag yang tertinggal, terdapat perlengkapan ASI dan tumbler biru dari merek Tuku—botol minum yang kini menjadi pusat perhatian publik.
Petugas KRL berhasil mengamankan tas tersebut dan mengembalikannya kepada Anita. Namun, ketika dibuka, tumbler Tuku seharga Rp300 ribu sudah menghilang. Merasa tidak puas, Anita menuding pihak PT KAI—khususnya seorang petugas bernama Argi, yang menyerahkan barang temuan—tidak bertanggung jawab.
Argi, yang merupakan staf lapangan KRL, membantah tuduhan tersebut. Ia mengaku tidak mengetahui keberadaan tumbler itu dan bahkan membeli tumbler baru sebagai ganti rugi atas kejadian tersebut. Sayangnya, upaya baik Argi tidak cukup meredakan emosi Anita, yang akhirnya membagikan kisahnya melalui unggahan di Threads, menyalahkan petugas dan mempertanyakan integritas institusi perkeretaapian nasional.
Terseret dalam Polemik, Tuku Jadi Sorotan Publik
Unggahan Anita dengan cepat menjadi viral. Namun, sorotan publik tak hanya tertuju pada petugas KRL atau kebijakan internal PT KAI. Masyarakat justru mulai mencari tahu: siapa pemilik merek Tuku?
Di balik tumbler biru yang jadi simbol konflik itu, terdapat sosok Andanu Prasetyo, seorang pengusaha muda yang telah membangun Tuku sejak 2015. Pria berusia 36 tahun ini bukan sekadar pemilik merek, melainkan arsitek di balik tren kopi susu gula aren yang meledak di seluruh Indonesia.
Andanu Prasetyo: Visioner di Balik Kesuksesan Tuku
Lulusan Universitas Prasetiya Mulya ini memulai Tuku dengan misi sederhana: menciptakan kopi berkualitas tinggi yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua kalangan. Tak hanya dari segi harga—yang memang kompetitif—Andanu juga memperhatikan desain gerai, kemasan, hingga merchandise, termasuk tumbler ikonik yang kini viral.
Yang menarik, meski Tuku telah sukses besar dan memiliki banyak gerai di berbagai kota, Andanu menolak mentah-mentah sistem franchise. Baginya, menjaga konsistensi rasa, pelayanan, dan nilai merek jauh lebih penting daripada ekspansi cepat. "Saya ingin setiap orang yang masuk ke gerai Tuku merasakan pengalaman yang sama, di mana pun mereka berada," ujarnya dalam wawancara sebelumnya.
Filosofi ini menjadikan Tuku bukan hanya sekadar tempat jualan kopi, melainkan ruang sosial dengan identitas kuat—tempat ngopi yang hangat, desainnya estetik, dan harganya bersahabat.
Dukungan Publik Mengalir untuk Petugas KRL
Setelah kasus ini viral, ribuan warganet menyerbu akun Instagram pribadi Andanu (@andanuprasetyo). Namun, bukan kritik yang mereka layangkan—melainkan seruan penuh empati.
Banyak netizen meminta Andanu untuk memberi kesempatan kerja kepada Argi, petugas KRL yang disebut dalam laporan Anita. Sebagian khawatir Argi dipecat atau mendapat sanksi berat akibat insiden yang—menurut mereka—bersifat di luar kendalinya.
“Kak, fix sih harus cari kerjaan buat mas PT KAI-nya, kasian banget,” tulis salah satu pengikut di kolom komentar.
“Pak, tolong kasih kerjaan ke petugas KAI yang dipecat gara-gara tumbler Tuku hilang,” sambung lainnya.
Respons publik ini menunjukkan betapa masyarakat kini tidak hanya peduli pada isu pribadi, tapi juga nilai keadilan sosial dan solidaritas terhadap pekerja lapangan.
Tuku dalam Sorotan: Antara Branding dan Tanggung Jawab Sosial
Kasus “Tumbler Anita vs Pegawai KRL” membuka babak baru dalam dinamika merek lokal di era digital. Sebuah produk—sekecil apa pun—bisa menjadi pusat badai ketika terhubung dengan isu emosional dan keadilan.
Baca juga: Heboh Acara Dangdut DA7: Kalimat Tauhid Dijadikan Latar Goyang Ngebor, MUI Turun Tangan