Viral Curhatan Dokter di Muna Soal Minimnya Fasilitas RSUD Baharuddin: Jubah Operasi Tak Ada hingga Gaji Nakes Nunggak
Rumah Sakit--
Viral Curhatan Dokter di Muna Soal Minimnya Fasilitas RSUD Baharuddin: Jubah Operasi Tak Ada hingga Gaji Nakes Nunggak
Sebuah unggahan mengenai kondisi memprihatinkan di RSUD dr. H.L.M. Baharuddin M.Kes, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, mendadak viral di media sosial. Keluhan itu disampaikan langsung oleh seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (SpOG), Ruhwati, yang menyoroti buruknya fasilitas serta manajemen rumah sakit daerah tersebut.
Unggahan itu pertama kali dibagikan melalui Threads dan kemudian diunggah ulang oleh akun @imron_wahid pada Jumat, 21 November 2025. Curhatan sang dokter pun cepat menyita perhatian publik, terlebih karena menyangkut layanan kesehatan dasar yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah daerah.
Pasien Butuh Operasi, Set Kain Operasi Hanya Ada Dua
Dalam unggahannya, Ruhwati menceritakan pengalaman yang ia alami pada Kamis pagi di ruang operasi rumah sakit tersebut. Menurutnya, hari itu terdapat tiga pasien yang harus menjalani operasi caesar darurat. Namun, jumlah set kain steril yang tersedia hanya dua paket.
“Drama Kamis pagi di OK RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes. Terjadi lagi dan lagi, pasien rencana SC cito 3 orang, set kain yang siap hanya 2 paket,” tulisnya.
Situasi ini, kata dia, bukan kali pertama terjadi. Kekurangan fasilitas dasar seperti kain operasi dan jubah steril sudah berulang kali ia temui, bahkan sampai dianggap sebagai masalah kronis yang tak kunjung diperbaiki.
Dokter Sindir Manajemen: Untuk Acara Seremonial Selalu Ada Dana
Ruhwati kemudian menyindir pihak manajemen rumah sakit yang dianggapnya lebih cepat tanggap dalam urusan kegiatan seremonial dibandingkan kebutuhan medis. Ia menyebut bahwa untuk kegiatan internal seperti futsal atau acara fun run, pengadaan baju baru selalu tersedia tanpa kendala.
“Ini RS ya, kalau urusan hahahihi, hura-hura, cepat loading. Ada terus baju baru untuk futsal atau jalan fun run,” sindirnya dalam unggahan tersebut.
Ironisnya, kebutuhan krusial seperti jubah operasi dan kain penutup pasien justru sering tidak tersedia. Padahal, fasilitas tersebut merupakan perlengkapan standar yang wajib disiapkan demi keamanan pasien dan tenaga medis.
Soroti Dugaan Korupsi Pengadaan Barang
Dalam keluhannya, Ruhwati juga menyinggung adanya indikasi pengadaan barang yang tidak wajar. Ia menduga bahwa manajemen rumah sakit lebih memilih proyek dengan nominal besar karena adanya kepentingan tertentu.
“Apa karena harga kain hanya 15 ribu perak tidak ada fee-nya untuk diproyekkan?” ujarnya dengan nada sindiran tajam.
Ia membandingkan minimnya pengadaan kain operasi yang murah dengan pembelian alat medis mahal seperti CT Scan yang dikabarkan mencapai harga Rp15 miliar.
CT Scan Rp15 Miliar Mangkrak di Gudang
Ruhwati menyebut bahwa alat CT Scan yang dibeli dengan anggaran fantastis tersebut justru tidak difungsikan. Menurutnya, peralatan canggih itu kini hanya disimpan begitu saja di gudang dan tidak memberikan manfaat apa pun bagi masyarakat.
“Bayangkan dengan harga CT Scan yang infonya 15 M langsung diadakan dan sekarang itu barang tadudu di gudang tidak digunakan,” tulisnya.
Ia bahkan menekankan bahwa anggaran sebesar itu sebenarnya cukup untuk membayarkan insentif tenaga kesehatan (nakes) selama dua tahun berturut-turut.
Gaji dan Insentif Nakes Diduga Menunggak Berbulan-bulan
Selain masalah fasilitas medis, Ruhwati juga mengungkap persoalan lain yang tidak kalah serius: tunggakan pembayaran gaji dan insentif bagi tenaga kesehatan. Menurut penuturannya, banyak nakes yang belum menerima hak mereka selama berbulan-bulan.
Keluhan ini semakin mempertegas bahwa persoalan di RSUD Baharuddin bukan hanya terkait sarana prasarana, tetapi juga menyangkut kesejahteraan para pekerja medis yang menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
Baca juga: Elphaba Ternyata Anak dari The Wizard of Oz, Berikut Penjelasan Ending Film Wicked: For Good