Dokter Tirta Bersuara Soal Sindiran ke Dokter Gia: Perdebatan Antar Sejawat Tak Perlu Dibawa ke Ruang Publik

Dokter Tirta Bersuara Soal Sindiran ke Dokter Gia: Perdebatan Antar Sejawat Tak Perlu Dibawa ke Ruang Publik

Dokter tirta-Instagram-

Dokter Tirta Bersuara Soal Sindiran ke Dokter Gia: Perdebatan Antar Sejawat Tak Perlu Dibawa ke Ruang Publik

Kontroversi terkait cerita “rahim copot” yang disampaikan oleh dr. Gia Pratama kembali memicu diskusi hangat di media sosial. Di tengah ramainya reaksi dan sindiran dari sejumlah dokter senior, dr. Tirta Mandira Hudhi angkat bicara. Ia membela dr. Gia dan menilai bahwa perdebatan antar tenaga medis semestinya tidak dilakukan secara terbuka, apalagi dengan nada merendahkan.



Dalam unggahan terbarunya di Threads pada Sabtu, 15 November 2025, dr. Tirta menilai bahwa sebagian dokter senior masih terlalu mudah bereaksi berlebihan ketika ada persoalan medis yang sedang viral. Menurutnya, pendekatan seperti itu justru membuka ruang kesalahpahaman di mata publik.

Sindiran Dinilai Berlebihan dan Tidak Mendidik

Tirta menyoroti kecenderungan beberapa tenaga medis senior yang langsung melayangkan kritik dengan nada menyindir ketika ada kolega yang membahas kasus tertentu di media sosial. Alih-alih memberikan klarifikasi secara ilmiah atau menegur secara personal, mereka justru memilih mengomentari di ruang publik.


“Dokter-dokter senior ini nggak belajar dari pengalaman. Kalau ada yang viral-viral, reaktif dan sibuk nyinyir. Nggak mencoba kritis,” tulisnya dalam unggahan tersebut.

Ia juga mengingatkan bahwa fenomena saling sindir seperti ini bukan hal baru. Tirta sendiri mengaku pernah mengalami perlakuan serupa. Ia bahkan pernah mendapat serangan bertubi-tubi setelah membahas kasus medis yang dianggap sensitif.

“Boro-boro di-DM, langsung dirujak kalau nggak disindir. Abis rujak, saya kenalan, eh endingnya ya follow-followan,” ujar Tirta sambil menyinggung pengalaman pribadinya.

Ajakan Menyelesaikan Perbedaan Secara Profesional

Menurut Tirta, setiap tenaga kesehatan memiliki kewajiban moral untuk menjaga etika komunikasi antarsejawat. Ia menegaskan bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dalam dunia medis, tetapi menghadirkannya sebagai “drama” di media sosial hanya akan memperburuk citra profesi.

“Debat sesama sejawat itu nggak perlu terjadi, asalkan saling DM. Kalau di DM clear, kan bisa saling kolaborasi konten,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa siapa pun yang memulai serangan secara terbuka harus siap menanggung akibatnya. Media sosial, kata Tirta, bukanlah ruang profesional seperti rumah sakit yang penuh dengan prosedur dan hierarki. Di ruang digital, respons cepat dan publik tidak bisa dihindari.

“Kalau duluan serang di medsos, ya jangan salahin kalau diserang balik. Ini medsos. Bukan rumah sakit,” ujarnya.

Kronologi Kisah “Rahim Copot” yang Dipersoalkan

Baca juga: Viral Istri Labrak Adik Sendiri yang Ketahuan Tidur Bareng Suami, Terungkap Dibayar Rp300 Ribu per Pertemuan

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya