Gedung Trans TV Dibakar? Ini Fakta di Balik Aksi Demo yang Viral dan Kontroversi Xpose Uncensored Trans7

Trans-Instagram-
Gedung Trans TV Dibakar? Ini Fakta di Balik Aksi Demo yang Viral dan Kontroversi Xpose Uncensored Trans7
Sebuah video yang memperlihatkan asap hitam tebal mengepul dari kawasan Gedung Trans TV di Mampang, Jakarta Selatan, tiba-tiba menjadi sorotan publik. Video berdurasi singkat itu viral di media sosial, terutama TikTok, dengan narasi yang menyebut gedung tersebut “dibakar massa” dalam aksi demonstrasi besar-besaran. Namun, benarkah gedung milik salah satu stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia itu benar-benar dibakar? Dan apa sebenarnya akar permasalahan yang memicu kemarahan massa hingga aksi demo berujung chaos?
Viralnya Video Asap Hitam di Tengah Demo Massa
Video yang diunggah oleh akun TikTok @sandydharmaayu pada Rabu (22/10/2025) memperlihatkan suasana mencekam di depan Gedung Trans TV. Dalam rekaman tersebut, terlihat ratusan orang berkumpul sambil meneriakkan orasi, diiringi lantunan sholawat yang menggema. Namun, suasana damai berubah drastis ketika asap hitam tebal mulai mengepul dari salah satu sudut gedung.
“Sampai chaos begini? #trans7official,” tulis pengunggah video tersebut, memicu ribuan komentar dan spekulasi liar di jagat maya. Banyak netizen langsung mengaitkan insiden ini dengan konten kontroversial yang baru-baru ini ditayangkan oleh program Xpose Uncensored Trans7.
Akar Masalah: Konten Xpose Uncensored yang Dianggap Menghina Kiai dan Pondok Pesantren
Penyebab utama kemarahan publik ternyata bermula dari tayangan Xpose Uncensored edisi khusus yang membahas tradisi di lingkungan pondok pesantren, khususnya Ponpes Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Dalam tayangan tersebut, ditampilkan adegan para santri yang berjalan jongkok dan mencium tangan kiai sepuh sebagai bentuk penghormatan.
Namun, narasi yang digunakan oleh tim produksi menuai kecaman keras. Salah satu bagian yang paling disorot adalah pernyataan:
“Ketemu kiai-nya masih ngesot dan cium tangan. Dan ternyata yang ngesot itulah yang ngasih amplop. Netizen curiga bahwa bisa jadi inilah kenapa sebagian kiai makin kaya raya.”
Kalimat tersebut dianggap merendahkan martabat ulama dan menggeneralisasi praktik feodalisme di lingkungan pesantren, yang notabene merupakan institusi pendidikan dan spiritual yang sangat dihormati di kalangan umat Islam Indonesia.
Gelombang Kemarahan Publik dan Tagar #BoikotTrans7
Tak butuh waktu lama bagi konten tersebut untuk memicu gelombang protes dari berbagai kalangan, terutama alumni pesantren, ormas Islam, dan tokoh agama. Tagar #BoikotTrans7 langsung menduduki trending topik di Twitter (X) dan platform media sosial lainnya. Ribuan unggahan mengecam isi tayangan yang dianggap tidak hanya tidak akurat, tetapi juga sarat prasangka dan stereotip negatif terhadap dunia pesantren.
Banyak warganet menilai bahwa cara penyampaian dalam tayangan tersebut tidak mencerminkan jurnalisme yang berimbang, melainkan lebih menyerupai provokasi yang bertujuan meningkatkan rating dengan mengorbankan sensitivitas sosial dan keagamaan.
Sanksi dari KPI dan Penghentian Program
Menanggapi laporan masyarakat yang terus berdatangan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) langsung mengambil tindakan tegas. Dalam rilis resminya, KPI menyatakan bahwa tayangan Xpose Uncensored tersebut melanggar Pasal 15 ayat (1) dan (2) Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) serta Standar Program Siaran (SPS) tentang penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan budaya.
Akibatnya, KPI menjatuhkan sanksi berupa penghentian sementara terhadap program tersebut. Tak hanya itu, pihak Trans7 juga mengumumkan secara resmi bahwa Xpose Uncensored dihentikan produksinya mulai 21 Oktober 2025.
Permintaan Maaf dan Upaya Rekonsiliasi
Menyadari kesalahan dan dampak luas dari konten yang ditayangkan, manajemen Trans Media—melalui Trans7—segera mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka menyampaikan permohonan maaf secara terbuka, baik melalui media sosial maupun surat langsung kepada pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan ormas-ormas Islam terkait.
“Kami menyesali narasi yang tidak tepat dan menyakiti perasaan umat. Ini adalah pembelajaran berharga bagi kami untuk lebih bijak dalam menyajikan konten,” demikian bunyi pernyataan resmi tersebut.
Tim manajemen juga dikabarkan telah mengirim utusan untuk bertemu langsung dengan pihak ponpes guna meminta maaf secara langsung dan memperbaiki hubungan yang sempat retak.