Tragedi Mistis di Puncak Gunung: Mengungkap 3 Faktor Medis di Balik Kematian Pasangan Pendaki dalam Posisi Gancet yang Viral di Jawa Barat

pacaran-pixabay-
Tragedi Mistis di Puncak Gunung: Mengungkap 3 Faktor Medis di Balik Kematian Pasangan Pendaki dalam Posisi Gancet yang Viral di Jawa Barat
Dunia pendakian Tanah Air kembali digemparkan oleh kisah tragis yang menggabungkan unsur mistis, medis, dan kecelakaan alam. Sebuah insiden yang terjadi pada tahun 2019 di salah satu gunung di Jawa Barat kini kembali mencuri perhatian publik setelah dibahas secara mendalam dalam episode podcast bersama Denny Sumargo pada 16 Oktober 2025. Narasumber utama, Hilya—seorang pendaki berpengalaman—membagikan pengalaman mencekam yang sempat ia saksikan langsung: penemuan sepasang pendaki yang ditemukan tewas dalam posisi “gancet” di dalam tenda mereka.
Kisah ini bukan hanya menyentuh sisi horor dan keanehan, tetapi juga mengungkap fakta medis langka yang jarang diketahui masyarakat umum. Melalui kanal YouTube @podcasthero.id, Hilya menggambarkan momen mencekam saat dirinya dan rekan-rekannya menemukan tenda mencurigakan di pagi buta, setelah sepanjang malam sebelumnya mendengar suara-suara aneh dari arah tenda tersebut.
Penemuan Mencekam di Tengah Kabut Pagi
“Kami sempat mengira itu suara hewan atau angin. Tapi suaranya seperti jeritan tertahan,” kenang Hilya dalam podcast tersebut. Ketika akhirnya memutuskan membuka tenda, mereka dikejutkan dengan pemandangan yang sulit dilupakan: sepasang pendaki muda tergeletak tak bernyawa dalam posisi intim yang tak wajar—saling menempel erat, dengan kulit tubuh yang telah berubah kehitaman dan keunguan.
Tim evakuasi yang tiba beberapa jam kemudian mengalami kesulitan luar biasa dalam memisahkan jenazah keduanya. Bahkan, menurut laporan otopsi yang kemudian diungkap Hilya, proses pemisahan jenazah harus dilakukan dengan cara ekstrem: alat kelamin laki-laki dipotong karena benar-benar “terkunci” di dalam tubuh perempuan.
Tiga Faktor Medis Langka yang Berujung pada Kematian
Meski awalnya banyak spekulasi mistis beredar di media sosial, Hilya menekankan bahwa otopsi resmi mengungkap penyebab kematian yang bersifat medis—meski sangat jarang terjadi. Berikut tiga faktor utama yang diyakini menjadi penyebab tragedi mengerikan ini:
1. Vaginismus Akut atau Kram Vagina yang Ekstrem
Faktor pertama adalah kondisi medis langka yang disebut vaginismus—kontraksi otot vagina yang tidak disengaja dan sangat kuat. Dalam kasus ini, kondisi tersebut terjadi secara ekstrem hingga menyebabkan “penguncian” alat kelamin pasangan. “Secara medis, memang ada pembengkakan karena kemaluan perempuan mengalami kram hebat. Sementara posisi laki-laki berada di bawah, dan perempuan di atas—sehingga tidak bisa lepas,” jelas Hilya.
Vaginismus biasanya terjadi karena stres, trauma psikologis, atau faktor fisiologis tertentu. Namun, dalam kondisi ekstrem seperti di ketinggian, suhu dingin, dan kelelahan fisik, respons tubuh bisa menjadi tidak terkendali.
2. Ruptur Pembuluh Darah dan Syok Sistemik
Kram hebat yang dialami sang perempuan tidak hanya menyebabkan rasa sakit luar biasa, tetapi juga memicu pecahnya pembuluh darah di area genital. “Pembuluh darahnya pecah, dan karena alat kelamin laki-laki masih berada di dalam, terjadi reaksi listrik alami yang menyebar ke tubuh laki-lakinya,” tambah Hilya.
Kondisi ini bisa memicu syok sistemik—penurunan tekanan darah drastis, gangguan irama jantung, bahkan henti jantung—terutama jika terjadi di lingkungan ekstrem seperti pegunungan dengan suhu di bawah 10 derajat Celsius.
3. Impossibilitas Pemisahan Fisik Tanpa Intervensi Medis
Yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa kedua jenazah benar-benar tidak bisa dipisahkan secara alami. Bahkan tim medis forensik di rumah sakit harus melakukan tindakan bedah darurat untuk memisahkan jenazah. “Saat tiba di rumah sakit untuk otopsi, mereka masih menyatu. Akhirnya, alat kelamin laki-laki harus dipotong agar jenazah bisa dilepaskan,” ungkap Hilya dengan suara bergetar.
Respons Warganet: Antara Duka, Kritik, dan Refleksi Etika Pendakian
Kisah ini langsung menjadi viral di berbagai platform media sosial. Banyak netizen menyampaikan duka, tetapi tak sedikit pula yang mengkritik perilaku pendaki yang dianggap tidak menghormati alam dan norma sosial.
Akun @babydillaaaaa menulis, “Udah mah ga izin ke ortu, ditambah wikwik di gunung… sedih. Pokoknya hati-hati jangan gegabah. Walaupun kata medis karena pembuluh darah pecah, Wallahualam. Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.”