Prabowo Subianto Tuai Tepuk Tangan Meriah di KTT PBB: Kemerdekaan Palestina adalah Kunci Perdamaian Dunia!

Prabowo-Instagram-
Prabowo Subianto Tuai Tepuk Tangan Meriah di KTT PBB: Kemerdekaan Palestina adalah Kunci Perdamaian Dunia!
Di tengah heningnya ruang sidang Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipenuhi para kepala negara dan delegasi dari seluruh dunia, suara tepuk tangan gemuruh tiba-tiba pecah. Semua mata tertuju pada satu sosok: Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Bukan karena retorika yang bombastis, bukan pula karena janji-janji kosong, tapi karena keberanian dan ketegasannya menyuarakan keadilan bagi rakyat Palestina — sebuah isu yang telah lama menjadi luka terbuka di hati masyarakat internasional.
Pidato Prabowo dalam “Konferensi Tingkat Tinggi Internasional untuk Penyelesaian Damai Konflik Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara” bukan sekadar pernyataan diplomatik biasa. Ia datang membawa pesan moral, politik, dan kemanusiaan yang menyentuh nurani dunia. Dan dunia, tampaknya, mendengar.
“Kami Menjamin Kenegaraan Palestina — Tapi Juga Siap Akui Israel”
Dengan suara tenang namun penuh wibawa, Prabowo menegaskan posisi Indonesia yang jelas dan berani: “Kita harus menjamin kenegaraan Palestina. Namun, begitu Israel mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, Indonesia akan segera mengakui negara Israel — dan kami siap memberikan jaminan keamanan bagi Israel.”
Pernyataan ini sontak memicu decak kagum dan tepuk tangan panjang dari para hadirin. Mengapa? Karena ini bukan sikap emosional atau reaktif. Ini adalah strategi diplomasi yang matang, adil, dan visioner — menempatkan perdamaian sebagai tujuan utama, bukan kemenangan satu pihak atas pihak lain.
Prabowo, yang dikenal sebagai mantan perwira tinggi TNI dengan latar belakang militer, justru menunjukkan sisi kemanusiaannya yang paling dalam. Ia tidak berbicara sebagai seorang jenderal, tapi sebagai pemimpin bangsa yang memahami bahwa perdamaian abadi hanya bisa tercipta jika kedua belah pihak merasa diakui, dihormati, dan dilindungi.
Solusi Dua Negara: Jalan Tunggal Menuju Perdamaian Abadi
Dalam pidatonya yang berlangsung selama hampir 20 menit, Prabowo menegaskan bahwa posisi Indonesia tidak berubah sejak era Presiden Soekarno hingga hari ini: mendukung penuh solusi dua negara — Israel dan Palestina hidup berdampingan secara damai, dengan batas yang jelas, saling menghormati kedaulatan, dan menjamin hak-hak dasar warga masing-masing.
“Kemerdekaan Palestina bukan sekadar tuntutan politik. Ini adalah kunci utama untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah — bahkan di seluruh dunia,” tegas Prabowo.
Ia juga menyoroti pentingnya menghentikan kekerasan terhadap warga sipil. “Kami mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan pembunuhan anak-anak, perempuan, dan orang tua yang tidak bersenjata,” ujarnya dengan nada tegas namun penuh empati.
Mengatasi Kebencian, Ketakutan, dan Kecurigaan — Menuju Perdamaian Sejati
Di bagian akhir pidatonya, Prabowo menyampaikan pesan yang lebih filosofis, namun tak kalah penting: perdamaian tidak bisa dibangun di atas kebencian. Ia menyerukan agar dunia bersama-sama mengatasi akar masalah konflik — yaitu kebencian, ketakutan, dan kecurigaan yang telah mengakar selama puluhan tahun.
“Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita. Kita tidak bisa terus membiarkan generasi muda Palestina tumbuh dalam ketakutan, dan generasi muda Israel tumbuh dalam kecurigaan. Kita harus mencapai perdamaian yang dibutuhkan umat manusia. Dan Indonesia, saya tegaskan, siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini,” ucapnya disambut haru dan tepuk tangan yang tak kunjung reda.
Pidato yang Menggugah Nurani Dunia
Banyak pengamat internasional yang hadir di ruangan itu mengatakan, pidato Prabowo adalah salah satu momen paling menggugah dalam sidang KTT tersebut. Bukan karena panjangnya, bukan karena dramatisasinya, tapi karena kejujurannya. Ia tidak mencoba menyenangkan semua pihak — ia justru menantang semua pihak untuk berani berdamai.
“Ini adalah pidato yang menyeimbangkan antara prinsip dan pragmatisme,” kata seorang diplomat Eropa yang enggan disebutkan namanya. “Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya bicara soal Palestina, tapi juga menawarkan solusi konkret — termasuk pengakuan terhadap Israel, asalkan Palestina diakui lebih dulu. Itu langkah diplomasi yang cerdas dan berani.”
KTT Palestina: Momentum untuk Perubahan Global
Konferensi Tingkat Tinggi ini, yang merupakan bagian dari rangkaian Sidang Umum PBB ke-80, bertujuan untuk mendorong lebih banyak negara memberikan pengakuan resmi terhadap Negara Palestina. Saat ini, sekitar 140 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Namun, pengakuan dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, beberapa negara Eropa Barat, dan sekutu dekat Israel masih menjadi tantangan besar.
Dengan pidato Prabowo, Indonesia tidak hanya menegaskan posisinya, tapi juga menjadi jembatan moral dan politik antara dua kubu yang selama ini sulit berdialog. Indonesia, melalui Prabowo, menawarkan diri sebagai mediator yang kredibel — negara yang tidak memiliki kepentingan ekonomi atau militer langsung di kawasan, tapi memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Kemerdekaan Palestina: Simbol Persatuan Umat Manusia
Di penghujung pidatonya, Prabowo menyampaikan kalimat penutup yang menyentuh: “Pengakuan terhadap kemerdekaan Palestina bukan hanya soal politik atau hukum internasional. Ini adalah simbol persatuan umat manusia. Simbol bahwa kita masih percaya pada keadilan. Bahwa kita masih berani memperjuangkan yang benar, meski itu tidak populer. Bahwa kita masih memiliki hati nurani.”
Kalimat itu bukan hanya ditujukan kepada para pemimpin dunia, tapi juga kepada rakyat Palestina yang mendengarkan dari layar televisi di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, maupun pengungsi di seluruh dunia. Pesannya jelas: kalian tidak sendiri. Indonesia bersama kalian. Dunia harus bersama kalian.