DFK Ferry Irwandi Artinya Apa? Viralnya Tudingan Gusti Aju Dewi dan Drama Screenshot yang Bikin Netizen Heboh

DFK Ferry Irwandi Artinya Apa? Viralnya Tudingan Gusti Aju Dewi dan Drama Screenshot yang Bikin Netizen Heboh

tanda tanya-geralt/pixabay-

DFK Ferry Irwandi Artinya Apa? Viralnya Tudingan Gusti Aju Dewi dan Drama Screenshot yang Bikin Netizen Heboh

Nama Ferry Irwandi kembali mencuat ke permukaan jagat maya, bukan karena konten kritisnya soal isu sosial-politik, tapi justru karena sebuah tudingan berat yang dilontarkan oleh sesama publik figur: Gusti Aju Dewi. Tudingan itu bukan sembarang tuduhan — ia menyebut Ferry melakukan “DFK”, sebuah istilah yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial. Tapi sebenarnya, apa arti DFK Ferry Irwandi? Dan mengapa tudingan ini bisa memicu perdebatan sengit hingga menghadirkan konfrontasi di podcast Denny Sumargo?



Mari kita telusuri lebih dalam, karena cerita ini jauh lebih kompleks dari sekadar unggahan Instagram Story yang dipotong.

DFK: Bukan Singkatan Biasa, Tapi Senjata Retoris yang Tajam
Sebelum masuk ke inti konflik, penting untuk memahami apa itu “DFK”. DFK adalah singkatan dari Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian — tiga kata yang masing-masing membawa beban moral dan hukum yang berat dalam dunia digital.

Disinformasi berarti menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan dengan niat untuk memanipulasi opini publik. Ini bukan sekadar salah informasi, tapi kesalahan yang disengaja.
Fitnah adalah tuduhan tanpa dasar yang merusak reputasi seseorang, baik secara pribadi maupun profesional.
Kebencian merujuk pada narasi yang memprovokasi kebencian terhadap kelompok tertentu — entah berdasarkan agama, ras, suku, atau pandangan politik — dengan tujuan memecah belah masyarakat.
Jadi, ketika Gusti Aju Dewi menuduh Ferry Irwandi melakukan DFK, itu bukan sekadar kritik biasa. Itu adalah tuduhan serius yang bisa berdampak pada citra publik, bahkan potensi konsekuensi hukum.


Awal Konflik: Postingan “Mereka Bukan Hilang, Tapi Dihilangkan!”
Semua bermula dari unggahan Ferry Irwandi di Instagram Story-nya. Ia menulis kalimat yang provokatif namun bernada kritis: “Mereka Bukan Hilang, Tapi Dihilangkan!” — merujuk pada kasus orang-orang yang diduga menghilang pasca aksi demonstrasi besar-besaran di bulan Agustus 2025.

Kalimat ini tentu saja menuai reaksi beragam. Ada yang mendukung karena dianggap menyuarakan kebenaran, tapi ada pula yang menganggapnya sebagai provokasi berbahaya. Di sinilah Gusti Aju Dewi masuk. Melalui akun Instagram @folkkonoha, ia menuduh Ferry menyebarkan DFK — dengan alasan bahwa narasi “dihilangkan” bisa memicu kepanikan dan kebencian tanpa bukti kuat.

Drama Screenshot: “Kenapa Template-nya Hilang?”
Tapi konflik tidak berhenti di situ. Ferry Irwandi kemudian membalas tudingan itu dengan menunjukkan bukti screenshot asli dari Instagram Story-nya — dan di sinilah drama dimulai.

Dalam screenshot yang dibagikan Gusti, tulisan “add template” di bagian bawah Story Ferry tidak terlihat. Padahal, menurut Ferry, tulisan itu sangat penting karena menunjukkan bahwa Story tersebut adalah bagian dari template interaktif Instagram — bukan pernyataan pribadi yang dibuatnya dari nol.

“Pertanyaannya adalah, di atasnya ada kata ‘add template’ — kenapa ikut hilang?” tanya Ferry tajam saat bertemu Gusti di podcast Denny Sumargo.

Gusti membantah telah sengaja memanipulasi gambar. Ia bersikeras bahwa itu hanya kebetulan ter-crop saat di-screenshot. “Karena ke-crop,” katanya singkat.

Namun Ferry tidak tinggal diam. Ia menjelaskan panjang lebar bahwa “template” yang ia maksud berbeda dengan “add yours” — dan posisinya ada di bawah nama akun Instagram-nya. Ketidakhadiran tulisan itu dalam screenshot Gusti, menurut Ferry, membuat publik salah paham seolah-olah narasi “dihilangkan” itu murni datang dari dirinya — padahal itu adalah template yang bisa diisi siapa saja.

Digital Forensik vs. Niat Baik: Mana yang Lebih Penting?
Gusti Aju Dewi sempat bersikeras bahwa tindakannya bisa diverifikasi melalui Digital Forensik — ilmu yang menganalisis bukti digital untuk mengetahui apakah ada manipulasi atau tidak. Ia bahkan menyatakan tak akan meminta maaf, karena yakin dirinya tidak bersalah.

Namun, ketika bukti visual dan penjelasan Ferry dipaparkan secara detail di depan publik, posisi Gusti mulai terlihat goyah. Bukan karena ia mengakui kesalahan, tapi karena publik mulai mempertanyakan: apakah “tidak sengaja” bisa jadi alasan ketika dampaknya begitu besar?

Dalam dunia media sosial, konteks adalah segalanya. Menghilangkan satu elemen kecil — seperti tulisan “template” — bisa mengubah makna keseluruhan pesan. Dan dalam kasus ini, perubahan makna itu berpotensi merusak reputasi seseorang.

Lebih Dalam Lagi: Ada Grup WA, Ada Senjata, Ada Konspirasi?
Tapi tunggu — konflik ini tidak berdiri sendiri. Ferry Irwandi juga mengungkap bahwa ia sedang menyelidiki adanya percakapan di sebuah grup WhatsApp yang diduga berisi rencana untuk “menjatuhkannya”. Bahkan, dalam percakapan itu muncul foto senjata api — yang langsung memicu pertanyaan: siapa yang memiliki senjata itu? Dan apakah legal?

Ini menambah lapisan baru dalam drama ini: bukan hanya soal DFK dan screenshot, tapi juga soal ancaman nyata dan kemungkinan konspirasi. Apakah Gusti Aju Dewi bagian dari rencana ini? Atau ia hanya “alat” yang tidak sadar digunakan? Sampai artikel ini ditulis, belum ada bukti kuat yang menghubungkan Gusti dengan grup WA tersebut.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya