Skandal Anggaran MBG Terbongkar! Drg Mirza Ungkap Fakta Mengejutkan: Ada ‘Jatah’ untuk Pemberi Info Lokasi Dapur, Siswa Hanya Dapat Sisa?

Mbg-Instagram-
Skandal Anggaran MBG Terbongkar! Drg Mirza Ungkap Fakta Mengejutkan: Ada ‘Jatah’ untuk Pemberi Info Lokasi Dapur, Siswa Hanya Dapat Sisa?
Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang sejak awal diluncurkan digadang-gadang sebagai solusi pemerintah untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi layak, kini justru menjadi sorotan tajam publik. Bukan karena keberhasilannya, melainkan karena dugaan praktik pembagian anggaran yang tidak transparan dan terkesan merugikan pihak yang seharusnya menjadi penerima manfaat utama: para siswa.
Program yang seharusnya memberikan makanan bernutrisi dengan anggaran Rp15.000 per porsi ini, ternyata tidak sepenuhnya “sampai ke piring anak-anak”. Fakta mengejutkan ini diungkap oleh drg. Mirza, seorang dokter gigi yang aktif menyuarakan isu-isu sosial melalui akun Instagram-nya, @drg.mirza. Lewat unggahan viral pada 20 September 2025, ia membagikan tangkapan layar percakapan dari seorang narasumber yang pernah ditawari menjadi vendor dapur MBG — dan isi pesan itu membuat siapa pun akan mengernyitkan dahi.
“Jatah” untuk Pemberi Info Lokasi Dapur? Ini Bukan Gurauan
Dalam pesan yang dibagikan drg. Mirza, terungkap bahwa dari anggaran Rp15.000 per porsi, sebagian besar tidak digunakan untuk membeli bahan makanan berkualitas atau membayar tenaga kerja layak. Sebaliknya, ada pos-pos “tidak resmi” yang menyedot anggaran secara signifikan — salah satunya adalah “jatah” untuk pihak yang memberikan informasi lokasi dapur MBG.
Ya, Anda tidak salah baca. Ada pihak yang disebut “pemberi info peluang dapur MBG dari pusat” yang meminta jatah uang — dan jumlahnya tidak main-main. Bahkan, dalam beberapa kasus, nominal yang diminta sama atau bahkan lebih tinggi dari pemilik dapur itu sendiri!
“Jadi program MBG, vendor yang punya dapur dananya sudah dipotong sana-sini, dok. Yang punya info peluang dapur MBG dari pusat minta jatah sekian ribu per kotak makanan — jumlahnya ada yang sama dengan pemilik dapur, ada yang lebih tinggi. Total makanan yang disajikan itu separuh dari patokan harga, yaitu kurang lebih Rp10.000 atau bahkan kurang. Jadi gak heran kalau yang disajikan seperti itu,” tulis narasumber dalam pesan yang dibagikan drg. Mirza.
Bayangkan: dari Rp15.000, hanya sekitar Rp10.000 yang benar-benar digunakan untuk makanan dan gaji karyawan. Sisanya? Mengalir ke kantong pihak-pihak yang bahkan tidak bersentuhan langsung dengan proses memasak atau distribusi makanan.
Breakdown Anggaran yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Drg. Mirza kemudian membagikan rincian lebih lanjut tentang bagaimana anggaran Rp15.000 itu “dipreteli” sebelum sampai ke piring siswa:
Rp10.000 — untuk menu makanan dan gaji karyawan
Rp3.000 — untuk biaya listrik dapur
Rp1.000 – Rp2.000 — “jatah” untuk pemberi informasi lokasi dapur
Rp1.000 — keuntungan pemilik dapur
Artinya, pemilik dapur — yang bertanggung jawab atas operasional harian, risiko hukum, dan kualitas makanan — hanya mendapat keuntungan Rp1.000 per porsi. Sementara pihak yang hanya memberi “info” lokasi dapur bisa membawa pulang Rp1.000 hingga Rp2.000 — tanpa tanggung jawab apa pun.
Hitung-Hitungan yang Bikin Merinding: 3.000 Porsi = Rp3 Juta “Jatah” Gratis
Lebih mengerikan lagi ketika drg. Mirza menghitung dampaknya secara makro. Misalnya, jika satu dapur MBG menyediakan 3.000 porsi per hari:
Pemilik dapur: Rp1.000 x 3.000 = Rp3 juta/hari (dengan segala effort dan risiko operasional)
Pemberi info lokasi: Rp1.000–Rp2.000 x 3.000 = Rp3–6 juta/hari (tanpa kerja, tanpa risiko)
“Bayangkan jika satu titik dapur minimal 3.000 porsi, maka sehari pemilik dapur dapat Rp3 juta — effort sangat besar. Tapi pemberi info lokasi dapur mendapat keuntungan yang sama, bahkan lebih. Dari sini sudah timpang,” tulis drg. Mirza.
Ia bahkan mengaku pernah ditawari langsung untuk menjadi vendor MBG. Tapi setelah melihat breakdown keuntungan yang “tidak adil”, ia menolak. “Butuh modal 600 juta dengan berbagai kriteria, tapi breakdown keuntungannya gak adil,” katanya.
Respons Publik: “Ini Valid, Banyak yang Alami Hal Serupa!”
Unggahan drg. Mirza langsung viral dan memicu gelombang respons dari warganet. Banyak yang mengaku mengalami hal serupa — atau memiliki kerabat yang pernah ditawari skema serupa.