Alan Yu Sakit Apa? Berikut Kronologi Aktor China yang Tewas Diduga Akibat Bunuh Diri

Alan-Instagram-
Alan Yu Sakit Apa? Berikut Kronologi Aktor China yang Tewas Diduga Akibat Bunuh Diri
KABAR DUKA! Alan Yu Aktor China Meninggal Dunai di Usia 37 Tahun Pada 11 September 2025
Chat Terakhir Alan Yu Sebelum Meninggal: Misteri di Balik Kematian Aktor China yang Menggemparkan Dunia Hiburan
Dunia hiburan Tiongkok berduka. Pada 11 September 2025, dunia kehilangan salah satu talenta paling menjanjikan dari generasi muda aktor China: Yu Menglong, atau lebih dikenal dengan nama panggung Alan Yu. Ia ditemukan meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan setelah jatuh dari gedung bertingkat tinggi di kota Shanghai. Kabar ini langsung memicu gelombang duka dan spekulasi luas di media sosial, terutama setelah munculnya petunjuk tak biasa: chat terakhir yang tak pernah dibalas.
Kematian Tragis yang Mengguncang Media Sosial
Kabar duka tersebut pertama kali diumumkan oleh akun TikTok @aboutdrachin.id, yang menjadi sumber awal konfirmasi resmi dari pihak studio. “KABAR DUKA: Studio Yu Menglong telah mengkonfirmasi bahwa berita duka tersebut benar adanya,” tulis akun itu dalam unggahan yang kemudian di-share lebih dari 3 juta kali dalam waktu 24 jam.
Menurut laporan polisi setempat, seorang pejalan kaki menemukan tubuh Yu Menglong di halaman belakang gedung apartemen mewah di Distrik Xuhui, Shanghai, pada pukul 06.00 waktu setempat, Rabu pagi, 11 September 2025. Tubuhnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, dengan luka traumatis akibat jatuh dari lantai ke-22.
Tidak ada tanda-tanda perlawanan atau kekerasan eksternal. Tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan di lokasi, namun juga tidak ada bukti kuat adanya intrusi. Ini membuat kasusnya menjadi misteri yang kompleks—bukan sekadar kecelakaan, bukan pula pembunuhan, tapi sesuatu yang jauh lebih gelap: kemungkinan gangguan mental atau tekanan psikologis yang tak terlihat.
Malam Terakhir: Apa yang Terjadi Sebelum Dua Jam Menentukan?
Sehari sebelum tragedi itu, yakni pada malam 10 September 2025, Yu Menglong terlihat dalam keadaan ceria bersama beberapa teman dekatnya di sebuah restoran upscale di pusat kota. Foto-foto yang tersebar di Weibo menunjukkan ia tertawa lepas, mengangkat gelas anggur, dan bahkan berpose dengan gaya khasnya yang karismatik.
Namun, sekitar pukul 02.00 dini hari, ia pamit untuk kembali ke kamarnya. Teman-temannya mengatakan ia tampak sedikit “terpisah” meski tetap ramah. “Ia bilang ‘saya butuh istirahat, besok kita lanjut lagi,’ tapi suaranya agak datar,” ujar salah satu teman yang enggan disebutkan namanya.
Setelah itu, ia mengunci pintu kamarnya. Tidak ada panggilan, tidak ada pesan, tidak ada aktivitas digital selama empat jam berikutnya.
Pada pukul 06.00, petugas keamanan gedung mendengar suara benturan keras dari luar. Saat diperiksa, mereka menemukan tubuhnya di tanah. Tak ada catatan, tak ada surat, tak ada jejak digital yang bisa menjelaskan mengapa seorang pria muda yang baru saja meraih puncak karier memilih untuk melompat.
Chat Terakhir yang Tak Pernah Dibalas: Rahasia di Balik Layar WhatsApp?
Yang paling menggugah perhatian publik adalah chat terakhir yang dikirimkan oleh seorang sahabat dekatnya melalui WeChat—sebuah pesan yang dikirim pukul 01:47 dini hari, hanya 13 menit sebelum Yu Menglong masuk ke kamarnya.
“Hey, masih bangun? Aku baru nonton film terbarumu. Kamu bener-bener bikin aku nangis. Jangan lupa minum air, tidur yang cukup ya. Besok kita ngopi bareng?”
Pesan itu tidak pernah dibalas.
Tidak ada tanda “dibaca”, tidak ada centang biru dua, tidak ada emoji, tidak ada tanda apapun. Hanya diam. Selama lima jam. Sampai detik-detik terakhir hidupnya.
Sampai saat ini, isi chat terakhir itu belum dirilis secara resmi oleh keluarga atau pihak kepolisian. Namun, sumber yang dekat dengan keluarga menyebut bahwa pesan itu adalah bagian dari percakapan ringan yang biasa terjadi antara dua sahabat sejak masa kuliah.
“Dia (Alan) memang sering diam kalau lagi overthinking. Tapi dia selalu balas. Ini pertama kalinya dia tidak jawab.” ujar seorang teman masa kecil yang mengaku mengetahui banyak hal tentang kepribadian Yu.
Banyak netizen mulai mengaitkan kebisuan itu sebagai “tanda terakhir”. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai “pesan tak terucap” yang justru lebih berbicara daripada ribuan kata.
Siapa Sebenarnya Alan Yu? Sang Bintang yang Bersinar Terlalu Cepat
Yu Menglong lahir di Urumqi, Xinjiang, pada 15 Juni 1988, dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru musik, ibunya seorang perawat. Ia tumbuh dengan ketertarikan mendalam pada seni pertunjukan, dan setelah lulus dari Shanghai Theatre Academy, ia memulai karier sebagai model iklan sebelum akhirnya dikenal luas lewat peran utama dalam serial web drama Love Game in Eastern Fantasy (2022).
Dalam serial itu, ia memerankan karakter “Liu Qing”, seorang penyihir muda yang berjuang melawan takdir. Penampilannya yang tampan, ekspresif, dan penuh kedalaman emosi langsung membuatnya menjadi idola baru generasi Z di Tiongkok.
Tahun 2019, ia meraih penghargaan Breakthrough Actor of the Year di Golden Bud Network Film and Television Festival, mengalahkan puluhan aktor senior. Di usia 31 tahun, ia sudah menjadi wajah iklan global untuk merek-merek ternama seperti Huawei, L’Oréal, dan Adidas.
Namun, di balik sorotan lampu, ia kerap terlihat kesepian. Dalam wawancara eksklusif tahun lalu dengan majalah China Daily, ia berkata:
“Kadang, semakin banyak orang yang mengenalmu, semakin sedikit yang benar-benar melihatmu. Aku bukan karakter di layar. Aku cuma manusia yang lelah.”
Kalimat itu kini terasa seperti ramalan.
Dunia Hiburan Berduka: Rekan Kerja dan Penggemar Menyambut Duka dengan Doa dan Tulisan
Tak lama setelah kabar duka itu tersebar, para rekan kerjanya bereaksi dengan emosi yang mendalam. Aktris terkenal Zhang Yuxi mengunggah foto bersama Yu di Instagram dengan caption:
“Kamu selalu bilang kamu ingin jadi cahaya bagi orang lain. Tapi siapa yang akan jadi cahaya untukmu, Menglong? Aku rindu senyummu. Istirahatlah, sayang.”
Penulis skenario Liu Wei, yang pernah bekerja sama dengannya di serial Liang Shen, mengatakan: “Ia bukan hanya aktor brilian, tapi juga pendengar yang baik. Setiap kali aku stres, ia selalu menanyakan kabarku sebelum membahas naskah.”
Di platform Weibo, tagar #RIPAlanYu mencapai 12 miliar tayangan dalam 48 jam. Ribuan penggemar mengunggah video-video lama, puisi, dan lukisan tangan sebagai bentuk penghormatan. Banyak yang menulis: “Kami tidak kehilangan seorang artis. Kami kehilangan teman.”
Investigasi Masih Berlangsung: Apakah Ini Bunuh Diri, Kecelakaan, atau Sesuatu yang Lebih Gelap?
Polisi Shanghai hingga kini masih melakukan investigasi menyeluruh. Tim forensik sedang menganalisis rekaman CCTV, riwayat medis, serta semua data digital yang tersimpan di ponselnya—yang masih dalam proses pemulihan oleh ahli digital forensik.
Beberapa teori mulai bermunculan:
Teori Pertama: Depresi berat akibat tekanan kerja dan isolasi sosial.
Teori Kedua: Gangguan kecemasan yang tidak diobati, karena ia pernah mengaku “tidak bisa tidur selama 3 minggu” dalam wawancara radio.
Teori Ketiga: Ada kemungkinan ia menjadi korban manipulasi atau tekanan dari pihak internal industri hiburan—meskipun belum ada bukti kuat.
Yang pasti, ia tidak memiliki catatan medis resmi tentang gangguan jiwa, dan tidak pernah mengungkapkan niat bunuh diri secara eksplisit kepada siapa pun.
Kenangan Terakhir: Pesan yang Tak Terkirim, dan Cinta yang Tak Terbalas
Dalam sebuah dokumen rahasia yang bocor ke media independen, ditemukan draft pesan yang belum terkirim di ponselnya—ditulis pada 10 September pukul 23:59, hanya satu menit sebelum ia menutup layar.
“Aku lelah. Tapi aku tidak mau menyerah. Aku hanya... butuh waktu sendiri. Maafkan aku jika aku tidak bisa bertahan lagi. Aku mencintai kalian semua. Maafkan aku karena tidak bisa jadi orang yang kalian harapkan.”
Pesan itu tidak pernah dikirim.
Apakah ia sempat menghapusnya? Ataukah ia membiarkannya sebagai penutup tanpa tujuan?
Ini adalah pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah terjawab.
Pelajaran dari Kematian Alan Yu: Di Balik Sorotan Lampu, Ada Manusia yang Lelah
Kematian Alan Yu bukan hanya kehilangan seorang aktor. Ini adalah pengingat pedih tentang betapa rapuhnya kesehatan mental di tengah tekanan industri hiburan yang eksploitatif.