Jerome Polin Diduga Memecah Belah Bangsa Usai Bongkar Tawaran Jadi Buzzer Rp150 Juta, Ternyata Nomor Pemilik Telepon Berusia 10 Tahun

Jerome pollin-Instagram-
Jerome Polin Blunder Usai Bongkar Tawaran Jadi Buzzer Rp150 Juta, Ternyata Nomor Pemilik Berusia 10 Tahun
Di tengah memanasnya situasi politik dan sosial di Indonesia, nama Jerome Polin kembali mencuat ke permukaan. Kali ini bukan karena konten edukasinya yang inspiratif, melainkan karena pengakuannya yang mengejutkan: dirinya ditawari menjadi buzzer dengan bayaran fantastis—Rp150 juta—untuk membuat narasi damai di media sosial. Namun, pria yang dikenal kritis dan tegas dalam menyampaikan pendapat ini langsung menolak mentah-mentah tawaran tersebut.
Jerome pollin|Instagram|
Pengungkapan ini ia sampaikan melalui unggahan di Instagram pribadinya, @jeromepolin, pada Sabtu (30/8/2025), tepat di saat gelombang protes rakyat terhadap kebijakan DPR semakin memanas. Unggahan tersebut langsung viral dan menjadi sorotan publik, mengingat konteksnya yang sangat sensitif dan relevan dengan kondisi bangsa saat ini.
DPR Dikecam, Rakyat Geram, Aksi Demo Berujung Tragis
Belakangan, masyarakat Indonesia diguncang oleh sejumlah kebijakan DPR yang dinilai tidak pro-rakyat. Mulai dari isu revisi undang-undang hingga keputusan anggaran yang dianggap tidak transparan, membuat banyak kalangan merasa kecewa. Gelombang kemarahan pun memuncak hingga memicu aksi demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota besar, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Namun, yang seharusnya menjadi aksi damai justru berubah menjadi kerusuhan setelah aparat keamanan terlibat bentrok dengan para demonstran. Salah satu insiden paling menyedihkan terjadi saat seorang driver ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan tewas akibat ditabrak dan dilindas mobil patroli Brimob saat mencoba membubarkan kerumunan.
Kematian Affan memicu kemarahan luas di media sosial. Banyak netizen menuntut keadilan, sementara beberapa anggota DPR justru memberikan pernyataan yang dianggap tidak empatik dan jauh dari rasa kemanusiaan. Hal ini memperkeruh suasana dan memperlebar jarak antara rakyat dan wakil rakyat.
Baca juga: Apakah Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah Akan Lanjut Season 2?
Jerome Polin Dikontak Agen Buzzer: "Bayaran 150 Juta untuk Posting Damai"
Di tengah gejolak tersebut, Jerome Polin justru mendapat tawaran tak biasa. Melalui agensi yang bekerja sama dengannya, ia ditawari untuk membuat konten di media sosial dengan narasi "ajakan damai" dan "Indonesia tetap bersatu". Tapi, di balik narasi yang terdengar positif, ada bayaran besar: Rp150 juta untuk satu unggahan.
Dalam unggahannya, Jerome menyatakan bahwa tawaran itu masuk melalui salah satu agensinya, sehingga ia bisa memastikan keaslian percakapan tersebut. Ia pun mengungkapkan rasa marah dan sedihnya melihat bagaimana uang rakyat bisa digunakan untuk membayar influencer demi membentuk opini publik yang seolah-olah kondusif, padahal di lapangan rakyat tengah berjuang untuk keadilan.
"Ada tawaran fee 150 juta untuk jadi buzzer. Uang rakyat dipakai buat bikin narasi-narasi pencitraan seolah semua baik-baik saja. Jangan sampai lengah, jangan terpecah belah. Kawal terus," tulis Jerome.
Ironi Uang Rakyat vs Kesejahteraan Guru
Yang membuat pengakuan Jerome semakin menyentuh adalah ketika ia membandingkan nilai bayaran tersebut dengan kebutuhan riil rakyat. Ia menegaskan, jika uang Rp150 juta itu dialokasikan bukan untuk buzzer, melainkan untuk menaikkan gaji guru, maka akan sangat berdampak nyata.
"Ironisnya, chat ini masuk ke salah satu agency punyaku. Jadi aku bisa spill langsung. Marah dan sedih banget. 1 post kalo dipakai buat naikin gaji guru per orang 10 juta, udah bisa bikin 15 guru hidup sejahtera selama sebulan," tulisnya.
Pernyataan ini langsung mendapat dukungan luas dari masyarakat, terutama dari kalangan pendidik dan aktivis sosial. Banyak yang setuju bahwa alokasi anggaran negara seharusnya lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat, bukan pada pencitraan semu di media sosial.
Seruan untuk Agency dan KOL: Jangan Korbankan Rakyat!
Jerome juga menyampaikan pesan khusus kepada para agency dan Key Opinion Leader (KOL) yang kerap menjadi mitra pemerintah atau lembaga tertentu dalam kampanye digital.
"Dear agency dan KOL, aku mohon untuk kali ini, jangan korbankan rakyat buat kepentingan kalian sendiri. Semua lagi susah, kita berjuang bersama, yah? Tolong," tutup Jerome dengan nada yang penuh harapan.
Pesan ini bukan sekadar teguran, tapi juga ajakan moral bagi seluruh pelaku industri kreatif dan digital untuk tetap menjaga integritas. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap lembaga negara, peran influencer dan media sosial menjadi sangat strategis—dan oleh karenanya, harus digunakan secara bertanggung jawab.
Fakta Baru Mencuat: Nomor Penghubung Milik Anak 10 Tahun?
Namun, di tengah gelombang dukungan terhadap Jerome, muncul pula klaim yang mengejutkan. Beberapa netizen melakukan penelusuran terhadap nomor yang digunakan untuk menghubungi agensi Jerome. Hasilnya mengejutkan: nomor tersebut ternyata terdaftar atas nama seseorang yang lahir pada tahun 2014—artinya, saat ini masih berusia 10 tahun.
Temuan ini langsung memicu perdebatan di media sosial. Sebagian netizen mulai mempertanyakan keaslian pengakuan Jerome. Apakah ini benar-benar tawaran dari pihak berwenang, atau justru bagian dari skenario untuk menciptakan opini?
Beberapa pihak menduga, nomor tersebut mungkin merupakan nomor virtual atau digunakan oleh pihak ketiga yang sengaja menyamar. Namun, tanpa konfirmasi resmi dari Jerome atau agensinya, spekulasi ini masih terbuka.
Jerome pollin|Instagram|