Viral di Media Sosial: Warga Santai Buang Sampah ke Sungai Brantas Malang, Netizen Tegur—Jangan Ngeluh Saat Banjir!
Ilustrasi kejahatan--
Viral di Media Sosial: Warga Santai Buang Sampah ke Sungai Brantas Malang, Netizen Tegur—Jangan Ngeluh Saat Banjir!
Sebuah video singkat yang menampilkan warga Kota Malang dengan santai membuang sampah langsung ke Sungai Brantas viral di media sosial. Unggahan tersebut, yang diunggah oleh akun Instagram @alekrahmatuullah pada 17 November 2025, memicu gelombang kekhawatiran dari warganet, aktivis lingkungan, hingga pemerhati kebijakan publik. Tak hanya mencerminkan kebiasaan buruk, adegan dalam video juga menunjukkan anak-anak yang masih menggunakan air sungai untuk mandi—padahal kondisi sungai tersebut jelas tercemar.
Santai Membuang Sampah, Anak-Anak Mandi di Air Kotor
Dalam video yang berdurasi sekitar satu menit itu, terlihat beberapa warga—termasuk anak-anak—melemparkan sampah rumah tangga ke aliran Sungai Brantas tanpa rasa bersalah. Gerakan mereka begitu santai, seolah aktivitas itu merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari. Bahkan, beberapa anak tampak bermain dan mandi di aliran sungai yang permukaannya dipenuhi plastik, styrofoam, dan sisa-sisa makanan.
Lingkungan sekitar bantaran sungai juga terlihat memprihatinkan. Tanah di tepian sungai tampak rapuh, dengan indikasi kuat bahwa struktur tanah tersebut rentan longsor—kondisi yang diperparah oleh penumpukan sampah dan kurangnya vegetasi penahan erosi.
Pesan Menyentuh dari Aktivis Lingkungan
Alek Rahmatullah, pengunggah video sekaligus aktivis lingkungan lokal, menyisipkan pesan berbahasa Jawa yang menyentuh hati. Ia menulis:
“Ngomongo yo ojok buwak sampah nde kali, cek awamu iso adus nde kali.”
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, pesan itu berbunyi: “Bilang agar jangan buang sampah di sungai, supaya kamu juga masih bisa mandi di sungai.”
Pesan sederhana ini justru menyentil realitas pahit: kebiasaan buruk saat ini bisa menghilangkan hak generasi mendatang atas akses air bersih. Alek menekankan bahwa masalah ini bukan hanya soal kebersihan, melainkan juga soal keadilan lingkungan dan kesehatan publik.
Dampak Kesehatan yang Mengkhawatirkan
Yang paling mengkhawatirkan adalah dampak langsung terhadap kesehatan anak-anak. Dalam video tersebut, disebutkan bahwa beberapa anak mengalami koreng di kulit yang diduga kuat disebabkan oleh kontak berulang dengan air sungai yang tercemar limbah rumah tangga dan mikroplastik.
“Air sungai yang tercemar bisa menjadi sarang bakteri, jamur, dan parasit. Mandi di situ bukan hanya tidak higienis, tapi juga berisiko menyebabkan penyakit kulit, diare, hingga infeksi saluran pernapasan,” ungkap seorang tenaga kesehatan yang enggan disebutkan namanya saat diwawancarai secara terpisah.
Seruan untuk Percepatan Perda Pengurangan Sampah Plastik
Melalui caption unggahannya, Alek juga menyerukan agar Pemerintah Kota Malang segera merealisasikan Peraturan Daerah (Perda) tentang pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Menurutnya, tanpa regulasi tegas, perilaku masyarakat yang bergantung pada plastik sekali pakai tidak akan berubah.
“Sebenarnya kita pengin Pemkot Malang segera realisasi PERDA pembatasan plastik. Supaya masyarakat berhenti menggunakan plastik sekali pakai,” tegas Alek.
Upaya ini penting, karena sebagian besar sampah yang tampak di video adalah kemasan plastik—mulai dari bungkus makanan instan, botol minuman, hingga kantong kresek. Jenis sampah ini membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dan sangat berbahaya bagi ekosistem air.
Respons Warganet: “Jangan Ngeluh Kalau Banjir Datang!”
Video tersebut memicu gelombang reaksi dari warganet. Banyak netizen menyuarakan kekecewaan sekaligus kekhawatiran terhadap sikap apatis sebagian masyarakat terhadap lingkungannya.
Salah satu komentar paling viral berbunyi:
“Giliran banjir, nyalahin pemkot. Tapi kalau buang sampah ke sungai, santai banget.”