Profil Tampang 4 Orang Pembunuh Dwi Putri Aprilian Dini LC Muda yang Tewas Dianiaya di Batam
Dwi-Instagram-
Profil Tampang 4 Orang Pembunuh Dwi Putri Aprilian Dini LC Muda yang Tewas Dianiaya di Batam
Tragedi di Balik Gemerlap Dunia Hiburan: LC Muda Tewas Dianiaya oleh Empat Orang, Termasuk Calon Bosnya Sendiri
Dunia hiburan malam di Batam diguncang kasus pembunuhan brutal terhadap seorang wanita muda yang baru saja memulai karier sebagai pemandu lagu (LC). Dwi Putri Aprilian Dini (25), perempuan asal Lampung, ditemukan tewas setelah mengalami penganiayaan sadis oleh empat orang—termasuk manajernya sendiri—di sebuah agensi pemandu lagu di Perumahan Jodoh, Batam. Tragedi ini bukan hanya mengungkap kekerasan terhadap perempuan, tetapi juga membongkar praktik gelap di balik rekrutmen pekerja hiburan yang disertai ritual misterius dan kontrol ketat.
Empat Pelaku Ditangkap, Termasuk Calon Atasan Korban
Kepolisian Sektor (Polsek) Batuampar berhasil mengamankan empat tersangka dalam kurun waktu singkat setelah jenazah Dwi ditemukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Elisabet, Sagulung, pada Sabtu (29/11/2025) dini hari. Keempat pelaku tersebut adalah Wilson Lukman (WL), Anik Istiqomah, Putri Eangelina, dan Salmati.
“Keempat tersangka telah kami tangkap dan kini ditahan. Mereka terlibat secara aktif dalam penganiayaan yang berujung pada kematian korban,” ungkap Kapolsek Batuampar Kompol Amru Abdullah dalam keterangan pers, Senin (1/12/2025).
Awal Mula Tragedi: Dari Mimpi Kerja Hingga Mimpi Buruk
Dwi datang ke Batam pada 23 November 2025 dengan harapan memperbaiki nasib. Melalui platform media sosial, ia melamar pekerjaan sebagai pemandu lagu dan diterima oleh sebuah agensi yang dikelola oleh Wilson Lukman, yang akrab disapa “Koko”. Tak disangka, langkah pertamanya memasuki dunia hiburan malam justru menjadi pintu masuk ke mimpi buruk.
Menurut keterangan polisi, agensi tersebut menerapkan “ritual khusus” sebagai syarat wajib bagi calon LC sebelum mulai bekerja. Ritual ini diklaim bertujuan untuk “menarik pelanggan” dan memastikan keberuntungan. Namun, Dwi menolak mengikuti ritual tersebut secara penuh dan bahkan merusak properti yang digunakan dalam prosesi itu.
Tindakan itu memicu kemarahan Wilson, yang langsung mengancam akan memecat Dwi. Namun, dendam yang lebih dalam ternyata telah mengakar—bukan hanya karena penolakan ritual, tetapi karena sebuah video palsu yang sengaja dibuat untuk menjebak korban.
Video Palsu Jadi Pemicu Penganiayaan
Motif utama kekerasan terungkap saat penyidik menginterogasi para tersangka. Anik Istiqomah, yang merupakan pasangan Wilson, mengklaim telah dicekik oleh Dwi—klaim yang dibuktikan lewat video yang beredar di kalangan pelaku. Namun, setelah diselidiki, video tersebut ternyata hasil rekayasa.
“Video itu dibuat untuk menciptakan narasi seolah korban bersikap agresif dan membahayakan. Padahal, itu semua sandiwara,” jelas Kompol Amru.
Dengan dalih “membela diri” dan “menegakkan aturan agensi”, keempat pelaku memutuskan untuk “menghukum” Dwi secara kolektif. Yang terjadi selanjutnya adalah rangkaian kekerasan fisik dan psikologis yang berlangsung selama berjam-jam.